Cold Summer


1 - Selamat Datang

Sebenarnya saat aku ingin menuliskan apa saja yang aku lakukan selama KKN ini itu udah lewat 11 hari sejak kami sampai ke sini pada tanggal 9, yang seharusnya aku ceritakan pada hari itu juga. Jadi untuk hari pertama hingga kesepuluh, semua aku ceritakan sedikit terlambat di blog ini.

Selamat datang. Ini adalah blog harianku selama aku KKN bersama teman-teman di Gumeng, Jenawi, Karanganyar. Kami di sini selama 45 hari dan diberangkatkan dari UNS bersamaan pada tanggal 9 Juli 2024. Untuk berangkatnya sendiri, kelompok kami berangkat menggunakan motor sendiri, bis dari kampus dan pickup yang juga membawa barang-barang kami. Dari Solo ke Gumeng memakan waktu sekitar satu jam lebih, bukan waktu yang cukup lama karena memang masih tergolong dekat.

Selepas sampai, kami menurunkan barang-barang kami, makan siang, kemudian membersihkan seluruh posko. Selama hampir seharian, agenda kami hanya membersihkan posko karena ternyata posko ini merupakan rumah yang sudah lama tidak ditinggali tetap dan memang sengaja bukan menjadi tempat tinggal karena menjadi tempat menyimpan mesin untuk antena komunikasi yang dimiliki pemiliknya sekarang.

Setelah hampir semua hal sudah dibereskan, kami dikabari untuk sowan ke Pak RT 01 yang rumahnya berjarak tiga rumah di bawah kami. Kami sowan ke beliau malam itu juga. Dan baru hari pertama pun kami langsung disuguhi makan oleh beliau. Kata beliau memang warga sini tidak sungkan untuk berbagi sama tetangga yang lain. Bahkan kalau mau minta sayur pasti bakalan dikasih juga.

Selepas dari rumah beliau, kami pamit. Dan malam itu kami tidur pertama kali di sini, dengan suhu yang mencapai 15°C hingga 12°C di pagi hari. Untuk aku yang biasanya sekadar menggunakan kaus dan celana pendek saat tidur, aku harus pakai jaket, celana panjang, kaus kaki dan selimut didobel dengan sarung saat tidur. Sungguh dingin di sini.

2 - Menyesuaikan Diri

Pagi ini agendanya adalah beberapa dari kami mengikuti upacara penerimaan ke bupati Karanganyar. Dan sebagian kami masih melanjutkan membereskan posko, memasak untuk pagi itu, dan menjaga posko. Aku sendiri juga memasang jemuran di belakang posko.

Sejak hari pertama, sudah banyak anak-anak di sekitar posko yang sering main ke sini. Entah nemenin main saja, atau malah bantuin buat nurunin barang saat hari pertama tiba di sini. Selepas teman-teman yang dari Karanganyar Kota, kami berencana untuk pergi menemui Pak Lurah di kelurahan. Tetapi saat tiba di sana, ternyata beliau tidak ada di kantor dan hanya menemui Bu Carik. Kami akan mencoba menemui beliau di kemudian hari.

Siang itu juga, calon dosen pembimbing skripsiku (ya, memang belum fix hingga sekarang ini) menghubungiku setelah beberapa bulan aku tidak menghubungi beliau mengenai progress dari draf outline yang sebelumnya aku ajukan. Aku memang belum ada progress baru hingga saat ini, itulah yang aku ungkapkan kepada beliau, serta aku baru mengikuti KKN. Beliau hanya membalas "OK" di akhir percakapan. Nampaknya beliau membiarkanku untuk fokus ke KKN daripada menyambi skripsian, apalagi skripsiku membutuhkan laboratorium.

Sedikit cerita, sebenarnya aku sendiri ingin membawa komputer desktop bersamaku ke sini, dan aku sendiri sudah mengemasnya sedemikian rupa di tanggal 8 malam hari sebelumnya. Tetapi kala mengangkut barang di hari pertama, aku putuskan untuk tidak jadi membawanya karena pickup-nya sendiri gak muat. Dan aku pikir mungkin aku bisa detoks dari kegiatan harianku yang menggunakan komputer sementara waktu, walau aku memang tidak bisa setiap saat menggunakan komputer dengan lingkungan pribadiku sendiri juga. Toh, 1,5 bulan bukan waktu yang lama.

Lalu siang hari itu, tiba-tiba sinyal XL hilang tanpa sebab selama beberapa jam dari pukul 13.00. Aku yang saat itu hanya menggunakan XL dan AXIS sebagai nomor yang memang sebelumnya masih terjangkau sinyal dan Tri tidak ada sinyal sama sekali juga kaget. Malamnya memang sudah kembali lagi ada sinyal, tetapi aku berjaga-jaga untuk menitip ke temanku yang kebetulan sedang turun ke bawah untuk beli kartu perdana Telkomsel.

Soal pemandangan, di sini memang menakjubkan. Benar-benar menakjubkan. Aku mungkin hanya akan melampirkan foto-fotonya saja, aku sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana indahnya pemandangan di sini.

Malam itu kami tidak memiliki agenda yang begitu banyak. Kami hanya posko untuk sementara waktu. Tidak lupa untuk menyiapkan agenda besok hari.

3 - Menyatu dengan Warga

Pagi hari ini kami memutuskan untuk mencoba menemui Pak Lurah kembali. Dan pagi itu juga masih nihil. Kata Bu Carik, disarankan untuk ke kelurahan lagi pada hari Senin karena biasanya beliau masih bisa ditemui di pagi harinya. Saat itu, kami juga bertemu beberapa orang dari kelompok KKN dari UIN Raden Mas Said juga yang sedang piket di kelurahan.

Selepas itu, kami sowan ke beberapa tempat, seperti posko KKN dari UIN, rumahnya Pak Bayan Gumeng karena bersebelahan dengan posko UIN, kemudian kembali ke atas di rumah Pak Bayan Cetho, Pak RT 03 dan ketua karang taruna di sini.

Kami diberitahu bahwa pada pukul 15.00, sebagian besar warga akan ikut menonton pertandingan semifinal Dayu Cup 2024 yang dilaksanakan di Desa Dayu yang masih berada di Karanganyar. Kesebelasan dari Cetho bertanding pada babak semifinal ini, tetapi hingga sekarang aku lupa mereka melawan tim dari mana. Kami berangkat dengan ikut menumpang pickup dari warga ke sana. Sayang sekali Cetho kalah dalam babak ini. Kami pulang pada hampir pukul 18.00.

Kemudian pada pukul 19.00, ada pertemuan bapak-bapak dusun Cetho di rumah salah satu warga. Aku dan satu-satunya teman cowok di kelompokku ikut hadir di sini. Di sini, untuk pertama kalinya juga aku yang mewakili kelompokku untuk memperkenalkan diri di hadapan bapak-bapak.

4 - Posyandu

Di Dusun Cetho pagi ini ada agenda Posyandu di rumah Pak Bayan. Sejak pukul 08.00 sudah banyak persiapan yang dilakukan, dan pukul 09.00 kegiatan baru dimulai. Di sini, kelompok kami serta kelompok sebelah yang tinggal di Milir ikut membantu jalannya kegiatan. Ada juga tim dari Puskesmas Kabupaten Karanganyar yang hadir untuk memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu di sini.

Hari ini merupakan hari Jum'at pertama kami di sini, dan tentu saja aku juga merasakan sholat Jum'at pertama kali di sini. Mungkin ini pertama kalinya aku ikut sholat Jum'at dengan jamaah yang bisa dibilang sedikit. Mengingat mayoritas yang berada di Dusun Cetho kebanyakan adalah penganut agama Hindu. Selepas Jum'atan, ibu-ibu serta teman-teman KKN yang cewek sudah menyiapkan makan siang yang siap disantap selepas sholat.

Selepas itu aku mendapatkan kabar bahwa aku masih memiliki utang tugas dari salah dua mata kuliah yang aku ambil di semester 10 ini. Beruntung saja kedua tugas tersebut bukan merupakan tugas yang berat sehingga bisa aku tuntaskan sesegara mungkin.

Agenda sowan pada siang hari itu hanya ke Pak RW 03 dan Pak RT 03 yang rumahnya hanya di dekat Pak Bayan Cetho. Untuk selama sowan sendiri, kami juga menanyakan beberapa informasi yang kami butuhkan selama kami berkegiatan di desa. Mulai dari apa saja yang dimiliki desa ini, apa masalah yang sedang dihadapi, tidak lupa ada kegiatan apa saja yang dilakukan di sini.

5 - Saraswati

Kegiatan pagi ini adalah Saraswatian, yang merupakan rangkaian ibadah yang dilakukan oleh umat Hindu di sini yang dilaksanakan di Puri Taman Saraswati yang berada di belakang Candi Cetho sejak pukul 09.00. Aku yang alhamdulillah masih merupakan seorang muslim hanya menemani warga sekitar beribadah sebentar saja, yang kemudian aku mundur perlahan di tengah acara. Tetapi selepas acara, kami juga mendapat makanan dari panitia. Kelompok KKN yang mengikuti acara ini ada dari kelompokku, kelompok sebelah yang dari UNS serta dari UIN.

Sore harinya merupakan jadwal TPA untuk anak-anak di sini di Masjid Ulul Albab yang terletak di sisi selatan dusun. Jadwalnya di sini hanya pada hari Senin dan Sabtu sore mulai pukul 15.00. Untuk pengampu TPA di sini ada satu orang yang merupakan warga sini juga. Kegiatan TPA dimulai dengan latihan membaca kemudian hafalan Al-Qur'an, kemudian diakhiri dengan belajar bersama yang diampu oleh pengampu.

Malam harinya merupakan pengalaman kami bancakan untuk pertama kali di dusun ini. Sebelumnya kami diberitahu bahwa pada bulan Suro di kalender Jawa atau bulan Muharram di kalender Hijriah akan banyak pelaksanaan bancakan atau kondangan yang merupakan acara bentuk syukur atas hari weton lahir seseorang dalam bentuk makan bersama. Dan kebetulan kegiatan KKN kami bertepatan dengan bulan Suro, katanya kami bakalan jarang masak karena kadang malam hari akan diajak bancakan di rumah tetangga. Apalagi kalau dalam satu bulan bisa bancakan beberapa kali.

Kami diundang di rumah salah satu tetangga untuk ikut bancakan. Aku sendiri juga paham adat ini merupakan adat yang benar-benar Kejawen, tetapi karena namanya juga undangan dan rezeki, aku tidak bisa menolaknya mentah-mentah. Tapi jujur sih, kami benar-benar kenyang selepas bancakan dan tidak jadi masak untuk malah hari itu.

Kami juga mencoba ikut kegiatan kumpul-kumpul di dekat api unggun di situ, warga di sini menyebutnya "Api-Api", karena memang ada api unggun untuk menghangatkan badan. Jujur sih, sebenarnya aku bukan tipe yang suka api unggun karena asap yang dihasilkan kadang bikin perih mata. Terlebih lagi pada hari itu, di malam hari masih sering berangin sehingga kadang panas dari api unggun tidak begitu efektif menghangatkan badan. Tetapi di samping itu, aku sendiri bisa mendapatkan tempat untuk ngobrol dengan warga di RT 01, daerah posko yang aku tempati, untuk bersosialisasi dan bertukar informasi.

6 - Bersih-bersih

Minggu pagi, waktunya bersih-bersih. Ibu-ibu di dusun sudah memiliki jadwal untuk bersih-bersih di daerah ini pada hari Minggu pagi sejak pukul 05.00. Karena biasanya terbagi menjadi beberapa kelompok, biasanya kegiatannya sudah selesai hingga pukul 06.00.

Sebelumnya kami juga diberitahu bahwa juga akan ada agenda bersih-besih pura di daerah Milir pada pagi itu, sehingga kami segera meluncur ke sana. Para pemuda karang taruna setempat membersihkan pura yang dibantu oleh teman-teman KKN. Kegiatan ini selesai sekitar pukul 10.00.

Pada hari Minggu ini tidak begitu banyak kegiatan, sehingga aku sempat tidur siang kala itu. Tidak lupa pula untuk mencuci baju serta membereskan kembali kamarku yang sebelumnya masih belum tertata rapi.

Malamnya kami datang ke Api-Api lagi di bawah. Melihat pemandangan kota di bawah dari atas sini memang benar-benar menakjubkan. Bisa dibilang daerah Gumeng memang cukup curam, sehingga Karanganyar bagian bawah bisa tampak jelas dan dekat dari sini. Eh, malam itu juga kami disuguhi mie godok oleh tetangga saat masih di Api-Api.

7 - Bertemu Pak Lurah

Sesuai dengan agenda, kami bergegas pagi itu menemui Pak Lurah pada pukul 08.00 karena biasanya beliau ada di kantor pada jam-jam tersebut. Setelah menunggu agak lama, akhirnya kami bisa bertemu dan berbincang dengan beliau walau hanya sebentar saja. Tetapi beliau juga memberitahu bahwa jika mau ngobrol lebih lanjut, kami bisa mendatangi rumah beliau saat sore hari.

Kegiatan kami selama masih di bawah berlanjut dengan ngobrol-ngobrol dengan staf kelurahan dan sebagian dari kami melakukan survei di SD terdekat. Di sini kami mendapatkan sejumlah informasi yang dibutuhkan oleh kelompok KKN kami. Berikut ada data mengenai RT, RW dan dusun serta peta-peta dari segala aspek yang dimiliki oleh Desa Gumeng.

Sore harinya merupakan agenda TPA kedua kami. Karena saat itu pengampu sedang berhalangan hadir untuk takziah, kami menggantikan beliau mengajar anak-anak TPA. Rupanya pada pukul 13.00, sebagian dari anak-anak TPA sudah pada datang ke posko kami untuk main dan ngobrol bareng sebelum TPA. Betapa antusias mereka berinteraksi bersama kelompok kami.

Lalu ada bancakan lagi saat malam harinya di rumah yang berbeda. Kelompok kami juga diundang kembali untuk makan bersama kala itu. Dan selepasnya kami berkumpul bersama di Api-Api, ngobrol dan main bareng. Dan aku sendri selepas Api-Api baru sempat memulai menuliskan apa yang perlu aku tulis di blog ini, walau hanya sekadar judul saja dan kemudian tidak melanjutkannya di kemudian hari. Sedikit malas karena masih terasa dingin di minggu pertama.

8 - Sedikit Santai

Jadwal pertemuan ibu-ibu PKK di Desa Gumeng jatuh pada tanggal 16 Juli. Kegiatan ini hanya diikuti oleh teman-teman KKN yang cewek, sedangkan yang cowok termasuk aku hanya menjaga posko di siang harinya. Pada hari ini, aku pribadi agak santai karena tidak ada agenda lainnya yang cukup memberatkan. Aku sendiri juga menyempatkan untuk mencuci baju serta melakukan hal lainnya yang bisa aku lakukan selama berada di posko.

Mumpung sudah seminggu dan hari ini tidak ada kegiatan lainnya, mungkin aku bisa menceritakan selain agenda-agenda kami. Sungguh, di Gumeng, terutama di dusun Cetho sendiri udaranya jauh lebih dingin dari yang biasanya aku rasakan selama berada di Klaten atau Solo. Paling panas yang aku rasakan di sini hanya 26°C, itupun malah terasa kayak pagi hari pukul 08.00 di Solo. Yang biasanya siang hari bikin keringatan gila, aku sama sekali gak merasakannya di sini. Dan untuk paling dingin saat dini hari bisa mencapai 11°C.

Selama aku berada di sini, aku masih sering pakai celana panjang walaupun aku sendiri bawa celana pendek. Saat tidurpun aku tidak pernah absen mengenakan jaket, kaus kaki, dan sarung tangan yang aku beli dua hari yang lalu di warung terdekat. Untung saja sarung tangan ini murah dengan harga Rp 6.000 saja. Tetapi jujur, sarung tangan ini cukup tebal sih. Dan tetapi kadang aku masih merasakan kedinginan, karena biasanya saat kedinginan, bagian yang paling merasakan dingin adalah telapak tangan dan telapak kakiku, walaupun badanku yang mungkin tidak membutuhkan jaket saja tidak kedinginan.

Karena aku pribadi masih merupakan seorang Klatenese, kondisi iklim yang seperti ini, apalagi ini merupakan peralihan musim kemarau yang malah lebih dingin daripada musim hujan, merupakan sebuah tantangan tersendiri. Untuk mandi pun sekarang jadi hanya satu kali sehari karena aku sendiri gak sanggup kalau mau dua kali sehari ini. Dan untung saja karena tidak sering keringatan, aku merasa cukup untuk mandi sekali sehari saja di pagi atau siang hari. Sungguh, air di sini seperti air yang baru saja keluar dari kulkas.

Ngomong-ngomong soal air, air yang tersedia di rumah ini merupakan air dari mata air yang berada 5 KM dari sini. Bisa dibilang air ini juga merupakan yang masih sangat bersih, sehingga aku sendiri bisa minum dari air yang keluar dari keran secara langsung. Aku pribadi sudah cukup toleran dengan air keran untuk minum di dalam kondisi terpaksa, karena 8 tahun yang lalu pernah melakukannya pada kegiatan BARATA kala SMA, yang merupakan kegiatan pengembaraan mengelilingi daerah di Kabupaten Sleman yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok Pramuka di Sleman.

Masalah makan di sini juga bukan merupakan masalah yang besar. Justru kami di sini juga sering kelebihan bahan makanan yang tersedia karena juga sering diajak bancakan atau malah masih ada sisa dari hari sebelumnya. Bahkan rencana untuk mengurangi berat badan seketika sirna mengetahui bahwa justru aku di sini malah perbaikan gizi.

Malam harinya saat kami ingin ikut Api-Api pasca briefing bersama, kabut turun hingga daerah bawah. Sehingga saat itu hampir semuanya tertutup kabut. Cahaya lampu yang biasanya terlihat dari atas pun juga tidak tampak kala itu. Tetapi untungnya karena tidak ada angin yang berhembus, suhu malam hari itu tidak terasa terlalu dingin. Saat pukul 21.30, kabut mulai menipis dan cahaya lampu di bawah sudah mulai nampak, kami bergegas pulang karena sudah mulai dingin.

9 - Banyak Kondangan

Tidak ada kegiatan khusus pagi hari itu. Masih agak nyantai dikit sembari merekap kegiatan yang sudah dilakukan dan akan direncanakan. Bahkan aku sendiri menunda mandi hingga pukul 14.00 karena siang hari juga masih terasa dingin.

Tetapi selepas itu, kami langsung meluncur ke Kadipekso untuk menemui Pak Lurah langsung di rumah beliau. Kami mengobrol dengan beliau untuk mendapatkan informasi yang kami butuhkan sekaligus sowan. Kata beliau sendiri, rumah beliau selalu buka selama 24 jam bagia warga desa apabila mereka membutuhkan beliau.

Selepas sowan, kami diundang kondangan dia tiga rumah sekaligus pada sore hingga malam itu. Dua di Milir, dekat posko kelompok sebelah, dan satu di Cetho, sebelah posko kami. Bayangkan, untuk makan malam sampai makan tiga kali, itupun dari tetangga semua. Malam itu begitu mengenyangkan.

Tidak lupa pula aku dan temanku mampir sebentar ke posko kelompok sebelah untuk sholat magrib. Aku sendiri sadar bahwa posko tempat kelompok kami tinggali benar-benar lebih luas dan lega daripada posko kelompok KKN lainnya di desa ini. Mungkin ini merupakan nilai plus bagi kelompok kami juga, walau mungkin secara fasilitas bisa dibilang lebih terbatas dibanding dengan posko kelompok lainnya.

10 - Candi Kethek

Desa Gumeng merupakan desa pariwisata dan masih kental akan budayanya. Kami pagi ini diajak oleh anak-anak di sekitar sini untuk mengunjungi Candi Kethek yang berada lebih jauh dari Candi Cetho yang masih terjangkau oleh kendaraan bermotor.

Kami menempuh jalan pendakian Gunung Lawu yang berada di sisi utara Candi Cetho dan Puri Taman Saraswati yang mengarah ke tepi hutan. Candi Kethek sendiri memang cukup terpencil lokasinya dan tidak begitu ramai dari pengunjung. Akses menuju lokasi memang tidak ada hingga 1 KM, tetapi cukup susah dilalui jika belum terbiasa. Bahkan untuk ke sana juga harus menyebrangi sungai. Untungnya sekarang sedang musim kemarau sehingga sungai sedang kering.

Kami tiba di sana juga tidak ada orang lain selain kami. Situs candi di sekitar sini memang tidak seperti candi-candi pada umumnya mengingat medan di sini cukup susah. Setelah menghabiskan waktu cukup lama, kami segera kembali ke Candi Cetho untuk foto bareng kelompok dan segera ke posko.

Selama 10 hari di sini, hasratku untuk jajan meningkat drastis. Entah beli roti atau snack yang mengenyangkan untuk mengganjal lapar di pagi hari, atau beli jajanan dan mas-mas yang biasanya lewat pake motor. Entah itu pentol, sempol, cilok, dan lain sebagainya. Hingga hari kesepuluh, aku bisa bilang sebagian besar pengeluaranku hingga kala itu mayoritas untuk jajan saja. Boros, sih.

Malam hari itu kami ke Api-Api seperti biasanya. Sepertinya sudah menjadi rutinitas kami untuk ke sini. Dan kami tiba-tiba juga dihidangkan nasi serta sayur malam hari itu, sehingga kami tidak perlu masak kembali.

11 - Senam Lansia

Hari ini di Kadipekso ada posyandu untuk balita dan lansia sejak pukul 08.00 di rumah Pak Bayan Kadipekso. Salah satu proker di kelompok kami adalah senam yang salah satunya juga diperuntukkan untuk lansia dengan memanfaatkan momen posyandu ini.

Saat itu juga, kelompok sebelah melaksanakan proker sosialisasi untuk ibu-ibu yang memiliki balita mengenai 1000 hari pertama bagi anak-anak, dimana dijelaskan bahwa gizi untuk anak itu sangatlah penting bagi tumbuh kembang mereka. Selepas proker mereka selesai, baru giliran kami untuk mengisi kegiatan posyandu bagi lansia.

Selepas Jum'atan, kami tidak memiliki agenda yang cukup penting sehingga kami memanfaatkan waktu untuk bersantai, mengobrol di posko sekaligus membahas mengenai kegiatan kami ke depannya secara kecil-kecilan. Aku sendiri beberapa kali tidur saat siang dan sore hari. Aku membutuhkan istirahat karena sudah tiga hari terakhir aku terkena flu. Kemudian malam harinya aku tidak ke Api-Api, tetapi mulai nyicil menulis artikel di blog ini hingga larut malam. Sepertinya aku butuh tidur lagi.

12 - Akhir Pekan yang Dingin

Hari Sabtu ini tidak terlalu banyak kegiatan. Hampir seharian aku berada di posko saja. Aku mungkin memang mandi agak awal, pukul 11.00. Tetapi memang tidak ada yang aku lakukan selain di posko. Ada undangan untuk ikut workshop dari kelompok KKN UIN, tapi hanya perwakilan saja. Dan untuk TPA sore hari ini aku juga agak malas untuk ikut.

Mumpung masih pagi, aku sempatkan untuk pergi ke kios-kios di dekat candi untuk membeli Kopi Lawu. Kemarin saat sebagian dari kami pergi ke Candi Kethek sempat lewat sini dahulu untuk beli gorengan dan Teh Kemuning. Harganya Rp 20 ribu, dengan berat sekitar 200-300 gram, aku lupa menanyakannya.

Tetapi hari ini ada masalah mengenai gas untuk memasak. Gas yang dibeli agak bermasalah dan tidak bisa digunakan. Udah dicek sendiri dan bahkan di tempat yang beli gas ternyata memang tidak bisa digunakan. Memang gas yang dibeli itu sedikit bermasalah di bagian nib di dalamnya sehingga gas tidak mau keluar. Setelah beli lagi di tempat Pak RW, baru dapat gas yang lebih waras.

Oh, aku belum ngomongin soal jalanan di sini seperti apa. Miring dan curam. Bahkan untuk jarak yang dekat saja terasa jauh dan capek karena jalannya curam semua. Ya, namanya juga daerah kaki gunung, sih. Dari Google Maps mungkin gak kelihatan miring, tetapi kalau kamu sampai sini baru bisa merasakan medannya.

Aku mencoba untuk menyeduh Kopi Lawu yang aku beli tadi pagi. Rasanya gak terlalu pahit dan gak terlalu asam bagiku yang biasanya minum varian Robusta Temanggung. Tetapi malah jadi terasa agak datar, sih. Kurang terasa nendang. Tapi kayaknya cocok buat orang yang kurang suka kopi pahit. Oh ya, karena aku gak bawa moka pot, jadi aku seduh tubruk biasa.

13 - Bebakaran

Hari Minggu kedua, seperti biasa, mengawalinya dengan membersihkan jalanan di sekitar posko bersama ibu-ibu karena memang sudah jadi rutinitas di sini. Akhir pekan kali ini tidak terlalu banyak kegiatan seperti kemarin Sabtu. Tetapi kami semalam sudah sepakat untuk membersihkan posko karena belum sempat dibersihkan secara menyeluruh lagi sejak hari pertama kami ke sini. Kamar, dapur, ruang tamu, teras, dan halaman. Semuanya dibersihkan.

Bocah-bocah sedari pagi sudah menemani kami di posko untuk main dan membantu membersihkan. Saat ada eyek lewat, ada yang belanja dan jajan juga. Mumpung lewat, 'kan. Mengawali pagi dengan sebatang rokok pun tidak terlewatkan. Pagi itu memang waktu yang sedikit lebih nyantai.

Tetapi bocah-bocah yang sangat enerjik itu kembali mengajak kami buat naik ke candi, baik Candi Cetho dan Candi Kethek. Bisa dibilang kami yang KKN bisa dapet free pass buat ke candi dan situs lainnya selama kami di sini. Dan ini udah kelima kalinya aku ke sini. Bosan, mungkin? Gak juga sih, ya. Aku sempatkan untuk ambil beberapa foto lagi di waktu yang berbeda, dimana matahari masih menyorot pada pagi itu. Pas balik, kami sempetin buat mampir ke tetangga tempat pinjem kompor portabel. Kami ada rencana bebakaran malam harinya.

Biasanya kalau di sini, siang hari kadang kabut sudah turun. Sehingga udara terasa lebih dingin dari pagi atau sore hari. Dan saat itulah kadang jadi pengen di kamar aja. Dan siang itu aku ketiduran sampai pukul 16.00. Mayan lah tidur siang.

Selepas magrib, kami diajak bancakan lagi di rumah tetangga. Setelah itu, baru kami bebakaran seadanya di posko. Mumpung sempat sih ya, akhir pekan juga. Benar-benar pengalaman yang seru bersama teman-teman sekelompok pada malam itu. Bahkan kata-kata saja tidak cukup untuk mengungkapkannya. Sekitar pukul 22.00 kami sudah selesai dengan bebakarannya. Sebenarnya tidak habis dan akan digunakan untuk lauk atau cemal-cemil besoknya. Senin besok sudah mulai masuk sekolah di sini.

14 - Sekolah Mulai

Sebagaimana semester baru dimulai, kegiatan di sekolah biasanya tidak langsung memulainya dengan pelajaran. Kalau istilahnya sekarang itu MPLS, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Seminggu ke depan kegiatan di sekolah belum terlalu padat, nampaknya.

Sebagian dari kami ada yang ke SD 3, dan sebagian dari kami ada yang diajak untuk pergi ke ladang. Dan aku sendiri karena tidak ikut ke SD 3 dan ketinggalan ke ladang yang tentu saja tidak tahu dimana, dan dengan bodohnya aku tidak kepikiran untuk mengontak salah satu dari yang ke sana, aku memilih untuk muter-muter dusun tanpa tujuan yang jelas. Itu dari pukul 06.30 hingga hampir 10.00. Orang gila, memang. Itupun aku hampir kepleset dan dikejar anjing warlok lagi.

Tidak ada kegiatan hingga sore harinya. TPA seperti biasa. Dan hari ini adalah hari terakhir anak-anak UIN mengajar karena lusa mereka sudah pulang. Masa KKN mereka lebih cepat dan memang sudah mendahului kami yang dari UNS.

Kami sebelumnya mendapat undangan pengajian di Kadipekso dari warga lokal yang dibantu oleh kelompok KKN UIN satunya pada malam hari nanti. Tetapi sebelum magrib kami mencari mi ayam di bawah karena kami cukup kangen dengan rasanya. Walau baru berjalan dua minggu. Tetapi dua minggu itu terasa lama, jujur. Mi ayam dan minumnya di warung yang kami temui mahal banget. Ya, memang karena di sini tempat wisata, diwajarin sih. Tapi air es seharga Rp 3 ribu? Tapi ya sekali-kali dah.

Kembali ke posko, ada undangan bancakan lagi. Kami berangkat. Mana kami diajak untuk rapat dengan kelompok sebelah untuk koordinasi selepas itu. Tetapi kami memenuhi undangan pengajian dulu dari UIN, baru kami ke Milir untuk koordinasi. Ini soal lomba 17-an di Dusun Cetho, karena kami juga harus bekerja sama dan membantu pihak karang taruna selama berjalan acaranya nanti.

15 - Menuju Tujuh Belasan

Untuk sementara ini, aku pribadi belum sempat memulai prokerku mengenai inventarisasi potensi alam di desa. Rencananya masih besok. Pagi hingga siang benar-benar waktu yang agak nyantai bagiku pribadi. Sebagian ada yang ke kelurahan untuk piket dan ada yang pergi ke SD untuk melanjutkan MPLS.

Tapi sorenya kami langsung turun ke Milir karena ada rapat karang taruna satu dusun yang sesuai info dari kelompok sebelah semalam. Kami membahas mengenai acara tujuh belasan di Dusun Cetho bulan depan. Beberapa keputusan mengenai tanggal kegiatan, lomba-lomba, dan segala macam yang dibutuhkan untuk acara sudah dibahas saat rapat. Kami, dua kelompok KKN dari UNS juga turut membantu kegiatannya kelak.

16 - Persiapan Field Trip

Karena besok adalah field trip untuk anak SD 3 Gumeng, kami berfokus untuk mempersiapkannya hari ini. Dimulai dari belanja snack di Pasar Kemuning dan mencari tempat fotokopi untuk mencetak surat-surat yang diperlukan. Soal uang yang dibutuhkan, sebagian kami ada yang uangnya ada di rekeningnya masing-masing. Sehingga kami juga menyempatkan untuk mengambil uang di ATM saat berada di bawah.

Kemudian siang hari ketika kami tiba di posko lagi, kami mulai mengemas snack untuk field trip. Sore harinya kami melakukan survei ulang untuk jalur field trip yang ingin kami lalui besok. Untuk tujuannya tidak terlalu jauh dari sini sebenarnya. Diawali dari SD 3, kemudian naik ke daerah atas Candi Cetho, yaitu Puri Taman Saraswati dan Candi Kethek.

17 - Jatuh, Kaki Terluka

Judul untuk hari ini sudah cukup untuk memberikan cuplikan apa yang aku alami dihari ketujuh belas ini. Kegiatan field trip akan dimulai pada pukul 08.00 pagi di SD 3. Tetapi tentu kami sudah bersiap lebih dini sejak pukul 05.00. Bahkan untuk perlengkapan ada yang disiapkan mendadak pagi itu, papan nama untuk kelompok. Kami segera menuju SD saat jam sudah menunjukkan pukul 07.00.

Aku sebagai penjaga pos di Candi Kethek berniat untuk mendahului dan tidak berangkat bersama anak-anak SD. Aku dan ketiga temanku segera berangkat sambil membawa perlengkapan yang diperlukan serta snack.

Sayangnya aku dan teman yang membawa motor mengalami musibah. Kami terjatuh di jalan motor di dekat Puri Taman Saraswati yang lebarnya memang cukup kecil untuk motor dan elevasinya yang cukup miring. Temanku yang membawa motor agak terkilir di lengan kirinya. Dan aku sendiri menggelinding hampir jatuh ke jurang ke arah sungai. Tidak terlalu jauh dari jalan, sih. Aku hanya mengalami luka lecet lebar di betis kananku.

Memang tidak terlalu parah, tetapi luka lecet yang terbuka lebar tentu terasa perih, apalagi terkena air. Aku mencoba untuk merawat lukaku dengan P3K seadanya agar tidak terlalu mengganggu dan aku berusaha untuk tetap bisa melanjutkan kegiatan kelompok. Dan bisa-bisanya aku lebih khawatir mengenai kaus kaki dan celanaku daripada lukaku sendiri, seandainya sobek, atau apa. Kaus kakiku memang sudah sobek, celanaku tidak masalah. Masalahnya masih beli baru itu celana njir, jadi khawatir aja.

Setelah aku merawat lukanya, aku siap untuk lanjut naik. Untuk sementara, ada perubahan rencana. Yang seharusnya aku dan salah satu temanku sudah berjaga di Candi Kethek dan memberikan snack di sana nanti sambil presensi siswa yang ikut, jadinya kami berhenti di Puri Taman Saraswati dan membagi snack serta presensi di sana.

Aku menunggu sementara semua siswa sudah di sana dan melakukan kegiatan di pos yaitu menyanyikan lagu-lagu daerah. Setelah selang beberapa waktu, aku memutuskan untuk mendahului semuanya sendiri ke Candi Kethek sembari membawa banner. Karena tugas membagi snack dan presensi sudah selesai, teman yang bersamaku tadi tidak ikut bersamaku.

Di Candi Kethek sendiri juga ada pos satu lagi untuk permainan bersama. Para siswa begitu antusias mengikuti permainannya. Bahkan salah satu guru juga ikut meramaikan kuis berhadiah dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada para siswa. Kegiatan diakhiri dengan foto bersama.

Kembali ke SD, salah satu guru mencoba memberikan perawatan pada lukaku tadi. Perih, memang. Beliau memberikanku beberapa kasa dari kantor dan menyarankan untuk menunggu betadine pada lukaku kering dahulu sebelum ditutup.

Siang hari itu kami berencana untuk rapat kelompok di luar. Kami memilih salah satu kafe di daerah Tawangmangu, sekalian healing lah. Aku juga sekaligus membeli beberapa hal seperti Rivanol dan perekat untuk kasa tadi.

Sesampainya di posko, aku merawat kembali lukaku dengan memberi betadine dan Rivanol dan menutupnya. Tetapi bodohnya aku melakukannya sebelum aku mandi. Kalau terkena sedikit air saat mandi sebenarnya tidak masalah walau perih. Tetapi kalau kasanya sendiri ikutan basah malah jadi terasa percuma, sih. Tapi untung saja kasanya hanya basah sedikit. Aku harus istrirahat dulu agar luka ini segera sembuh.

18 - Nyoto Lagi

Setelah kemarin field trip bersama anak-anak SD, selama beberapa hari ke depan kami tidak memiliki agenda yang cukup padat. Ada satu proker yang akan kami laksanakan, yaitu pemasangan cermin cembung. Tetapi proker ini tidak akan langsung selesai dalam sehari.

Pagi itu kami sudah janjian dengan Pak Lurah untuk menemui beliau di balai desa. Rencananya kami akan menyerahkan cermin cembung tersebut secara simbolis kepada beliau yang kemudian akan dimasukkan ke dalam berita acara. Untuk pemasangannya sendiri akan dimulai besok hari. Pemasangan ini akan dilakukan di satu titik tiap dusun, sehingga ada tiga titik yang akan dipasang. Rencana pemasangan akan dimulai pada hari ke-19 di Dusun Kadipekso dan hari ke-20 di Dusun Gumeng dan Cetho.

Sebelum Jum'atan kami sudah kembali lagi ke posko. Ternyata kami juga sempat dikunjungi oleh beberapa anggota kelompok yang sebelumnya sudah pernah KKN juga di desa ini. Kami saling berbagi cerita dan pengalaman kami hingga selepas Jum'atan. Dan menu hari ini adalah soto lagi seperti minggu kemarin.

Soal lukaku, aku masih merasakan perih dari kemarin. Aku belum sempat mandi sebelum sholat Jum'at karena antara belum sempat dan belum berani apabila kena air. Walaupun akhirnya sore harinya mandi juga. Aku putuskan sore itu untuk melepas kasanya. Dan aku disarankan untuk menitip ke teman yang sedang turun untuk beli Bioplacenton untuk luka ini.

19 - Di Posko Aja

Rencananya sih kemarin memang mau masang cermin cembung. Pertama, mau di Kadipekso dulu. Tapi aku sendiri memutuskan untuk gak ikut dan tetap di posko mengingat ini kaki kanan sakitnya gak terkira juga. Aku sendiri masih agak susah jalan karena selain rasa perih di lukanya, masih ada rasa njarem pada otot di sekitar lukanya yang sakit gila.

Siang itu kami dikabarin oleh beberapa orang dari kelompok sebelah bahwa mereka mau main ke sini. Bersama sebagian dari kelompokku, kami sempat secara singkat membahas mengenai kegiatan yang akan kami lakukan bersama, terlebih mengenai kegiatan tujuh belasan di desa nanti.

Selain TPA dan pemasangan cermin cembung, kami tidak ada kegiatan lagi. Seperti pada akhir pekan sebelumnya, akhir pekan kali ini kembali santai saja seperti biasanya. Dan aku sendiri sudah menggunakan Bioplacenton yang sudah dibelikan oleh temanku agar lukaku ini segera pulih.

20 - Pemasangan Kedua

Ada sedikit perubahan dalam rencana. Untuk hari ini, kami hanya memasang cermin cembung di Dusun Gumeng saja dan tidak jadi sekalian di Dusun Cetho. Ini karena mengingat pada tanggal 1 Agustus nanti akan ada kerja bakti di sini, dan kami putuskan untuk sekalian saja dipasang pada saat itu.

Karena lukaku sendiri sudah lebih mendingan dari kemarin, aku putuskan untuk ikut ke bawah juga. Karena hari itu juga hari Minggu, di bawah juga ada kerja bakti sebelum tujuh belasan. Kami memasangnya tepat di perempatan dekat balai desa, di seberang turunan yang merupakan jalan pintas dari jalan utama di atas. Selepas dari situ, kami mampir dulu ke rumah Pak Bayan Gumeng.

Satu hal yang menurutku menjadi masalah di sini adalah kami, terlebih aku dan beberapa temanku menjadi lebih sering jajan. Terutama pada siang hingga sore hari. Bukan karena susah mengontrol diri saja, tapi karena hampir setiap hari pasti ada saja yang lewat dan berbagai macam juga jajanan yang ada. Dari aku sendiri selama tiga pekan terakhir, seenggaknya setiap hari pasti keluar uang rata-rata Rp 10 ribu untuk jajan. Kelihatan kecil, tetapi jika keterusan ya boncos juga.

21 - Tidur Mulu

Ya, hari ini aku rasa porsi tidurku cukup lama. Tidur di siang hari, yang aku maksud. Hari ini memang tidak ada kegiatan yang penting. Dua orang temanku ada yang piket di balai desa, tetapi untuk hari ini memang cukup santai saja walaupun hari Senin.

Aku sendiri pagi itu ikut hadir di seminar hasil temanku secara daring. Dan aku sendiri malah ketiduran karena emang posisi sambil tiduran dan selimutan. Dan aku baru bangun saat hampir pukul 14.00 karena aku belum sholat dhuhur.

Setelah mandi dan sholat, aku mencuci pakaianku seperti biasa. Kebiasaanku mencuci pakaian di sini adalah menunggu hingga ada tiga helai pakaian yang sudah kotor. Mengingat hanger yang aku bawa hanya lima, dua untuk handuk dan jas almamater. Dan kadang aku sendiri malah sering mencuci dan menjemur pakaian sekitar waktu ashar, karena walaupun jarang terkena sinar mataharipun, maksimal dalam 24 jam juga sudah kering. Dan karena hampir setiap dua atau tiga hari aku mencuci pun juga tidak terlalu terbebani cucian banyak sih.

22 - Dikunjungi Ortu

Sudah tiga pekan berlalu, bapakku bilang sebelumnya kalau mau mengunjungi posko kalau sudah lewat tiga pekan. Lumayan, sekalian liburan, katanya. Dan kedua orang tuaku juga memiliki hari kerja agar tidak terlalu ramai.

Tapi sebelumnya pada pagi itu kami turun ke Kadipekso lagi untuk memeriksa apakah cermin cembung yang terpasang sudah oke apa belum, memasang stiker yang belum sempat terpasang kemarin, dan mengkalibrasi ulang.

Orang tuaku baru datang siang harinya. Aku sempat bingung mau cari parkiran dimana karena kalau ke parkiran di dekat basecamp ternyata mobilnya gak kuat. Jadi aku izin ke salah satu tetangga yang rumahnya ke arah masjid untuk nitip parkir karena jalannya memang rata.

Orang tuaku singgah dulu ke posko, yang mereka sendiri juga sudah cukup berumur jadi lumayan capek untuk jalan di medan yang seperti ini. Beliau berdua juga mengajak nenekku ke sini. Mereka membawakan beberapa pakaian yang aku butuhkan dan camilan untuk dimakan bersama.

Selagi sempat, kami pergi ke Candi Cetho dan Puri Taman Saraswati juga. Walau ini sudah ke sekian kalinya aku ke sini, ya, karena aku yang menjadi guide mereka, mau gimana lagi. Untung saja kami masuk ke sini gratis semua karena aku mahasiswa yang sedang KKN di desa ini, hanya membayar sukarela untuk kain selendang yang kami kenakan sebesar Rp 20 ribu. Selama satu jam lebih kami naik ke candi dan puri, jalan-jalan dan foto-foto. Kami semua juga cukup merasakan capek karena tangganya memang cukup banyak.

Setelah kami selesai di candi, orang tuaku kembali ke posko sebentar kemudian langsung pulang agar tidak kemalaman sampai Klaten. Malam itu tidak ada agenda, dan kami juga sempat diundang kondangan lagi di rumah tetangga.

23 - Rembugan

Sebelumnya kami dikabari mengenai permintaan dari penjaga Puri Taman Saraswati kalau ada keinginan untuk menanam pohon anggrek di tangga pintu masuknya. Salah satu penjaganya meminta apakah bisa jika hal ini dilakukan dengan kerja sama kelompokku. Hal ini sebagai bentuk pengembangan estetika di area puri agar semakin menarik perhatian pengunjung.

Pagi itu kami ke sana bersamaan untuk menemui penjaganya. Beliau menjelaskan bahwa puri memerlukan ini agar pengunjung semakin banyak yang mau ke sana. Walau letaknya bersebelahan, tetapi hanya 10% hingga 15% pengunjung Candi Cetho yang juga ke Puri Taman Saraswati, Sendang dan Candi Kethek. Faktornya salah satunya memang karena lokasinya yang lebih tinggi dan tidak terlalu banyak yang bisa menggugah orang untuk naik.

Dengan adanya penanaman pohon anggrek ini diharapkan akan banyak pengunjung yang mau naik ke sana sekalian. Apabila bunga anggreknya sudah muncul, diharapkan pengunjung bisa menjadikannya tempat berfoto dan mau mampir. Walaupun kecil usahanya, semoga hasilnya bisa memuaskan.

Sore itu, kami mendapatkan kabar kalau karang taruna di Cetho atas mengadakan pertemuan di rumah ketua karang tarunanya. Aku yang baru bangun tidur setengah jam sebelum acara mulai bergegas mandi, dan kemudian menunggu sebentar untuk masuknya waktu Ashar untuk sholat. Rapat karang taruna ini bertujuan untuk membahas poin-poin untuk lomba tujuh belasan. Kemudian tidak diduga Pak Camat Jenawi yang sedang berada di Cetho juga turut ikut mampir dan bergabung di forum sebentar. Rapat usai dengan beberapa hasil mengenai lomba-lomba yang akan diadakan nanti.

Malamnya kami mengadakan pertemuan lagi dengan kelompok sebelah mengenai lomba yang akan kami adakan juga untuk dusun Cetho. Mengingat kami dipasrahi untuk mengadakan satu lomba tujuh belasan juga, kami akan mengadakan serangkaian lomba untuk usia PAUD hingga kelas 6 SD. Saat itu, kami sudah membahas dan memutuskan penanggung jawab beserta divisinya. Mas Ari selaku ketua panitia lomba tujuh belasan turut hadir di situ.

24 - Semakin Berkabut

Hari ini malas lagi seperti biasa. Dan sejak awal Agustus sepertinya memang makin sering berkabut, bahkan sedari pagi ini. Udaranya jadi cukup dingin walau tidak berangin karena tidak terpapar sinar matahari.

Kegiatan hari itu juga hanya bersih-bersih posko, main bareng, sedikit istirahat, mungkin evaluasi kecil-kecilan. Malamnya diundang kondangan lagi.

25 - Sedekah Bumi

Pagi ini kami mengadakan senam bersama di SD 3. Karena itu aku dan teman-teman juga harus bergegas bangun dan berangkat lebih awal dari posko. Senam dimulai sekitar pukul 07.50 dan dibimbing oleh teman-teman dari KKN, termasuk diriku juga.

Kami pulang satu jam sebelum adzan Dhuhur karena juga mau persiapan sholat Jum'at bagi anggota yang cowok. Kami juga sempat senam sebentar ketika sampai di posko lagi.

Siang itu kami pergi ke dusun Kadipekso karena akan ada rangkaian acara sedekah bumi hingga malam hari. Dimulai dengan kirab membawa hasil bumi dan makanan yang berbagai macam yang disusun menjadi gunungan. Kemudian acara dilanjutkan dengan pertunjukan wayang pada malam harinya. Tetapi sebelum wayangan, kami sempat pulang ke posko terlebih dahulu untuk bersih-bersih, mengingat acaranya juga baru dimulai pukul 21.00.

Kelompok kami baru kembali lagi pada pukul 20.40, kami juga sempat diundang kondangan lagi di rumah tetangga, jadi tidak langsung pergi ke bawah.

Sesampainya di sana, pertunjukan wayang dimulai. Aku sendiri agak kurang nyaman karena suara speaker-nya memekakan telinga. Aku selalu penasaran kenapa operator audio dengan peralatannya yang banyak dan mahal itu masih tidak bisa memberikan setingan yang bisa enak didengar, lebih natural, dan tidak terlalu memekakan telinga seperti ini.

Tiba-tiba malam itu hujan, tidak terlalu deras tetapi cukup lama. Dan aku baru ingat kalau kebanyakan kami memiliki jemuran di luar posko. Biarin lah, besok masih bisa dikeringkan lagi. Aku sendiri izin meninggalkan tempat duduk untuk ke parkiran karena sungguh aku gak nyaman di situ, kebetulan juga dekat dengan speaker. Dan tak lama kemudian, kami izin untuk pulang duluan agar tidak susah saat kembali naik. Selain hujan, kondisi malam itu sungguh berkabut yang sangat tebal. Kondisi yang jarang kami temui sih, mengingat di bawah juga jarang ada seperti ini. Malam itu kami segera beristirahat karena besok juga masih ada proker.

26 - Insiden

Hari ini adalah hari terakhir memasang cermin cembung, dan kali ini dilakukan di dusun Cetho, dusun tempat kami tinggali. Untuk lebih tepatnya di tikungan dekat rumah Pak RT 01, karena posisi tikungannya miring dari arah atas sehingga perlu dipasang di situ. Sebelumnya, kami berencana untuk memasangnya saat ada kerja bakti di hari Minggunya, tetapi kami ternyata ada kegiatan lainnya di luar desa, sehingga kami ajukan pada sore hari itu.

Pemasangan dibantu oleh tetangga kami karena kebetulan punya linggis untuk membuat lubang di pinggir jalan. Pemasangan tergolong lebih cepat dari pemasangan sebelumnya karena sebagian kami sudah memahami caranya. Selepas itu kami berfoto bersama dan kemudian istirahat untuk persiapan esok hari.

Tetapi, di sinilah terjadi insiden yang bisa dibilang menimpaku dan sebagian temanku. Aku sudah sempat menceritakan ini ke beberapa teman dekatku untuk curhat atas apa yang aku alami.

Aku dituduh melakukan pelecehan kepada kedua teman cewekku dengan cara menjawil anggota badan bagian belakang saat sesi foto tadi sore. Aku disidang pasca briefing kegiatan pada malam hari itu juga. Aku pribadi menyangkal mengenai hal itu, tetapi kedua temanku yakin bahwa hal itu terjadi karena bagaimana mungkin dua orang kena, terjadi di waktu yang hampir berdekatan serta satu-satunya cowok di sebelah mereka ya aku sendiri. Aku benar-benar tidak menyadari bahwa hal itu terjadi dan aku lakukan secara sadar. Yang memang aku ingat adalah aku melakukan pose peace dan jempol seperti biasa, aku terlalu fokus pada cermin cembung saat berpose, kejadian itu terjadi sungguh cepat, dan salah satu teman cewekku memang ada yang pindah karena merasakannya. Tetapi aku sendiri tidak ingat kalau aku merasa menjawil mereka.

Aku pribadi lebih memilih untuk mengalah karena sungguh aku kalah dalam suara, dan aku bukan tipe orang yang bisa mengelak dengan alasan yang kuat juga. Aku akui testimoni yang mereka berikan juga sebenarnya masuk akal, jadi aku tidak bisa menolaknya tanpa ada bukti yang kuat dari diriku. Seketika, mereka memintaku untuk membuat surat pernyataan pengunduran diri dari KKN dan segera dipulangkan. Tetapi aku langsung menolaknya karena aku tahu jika aku menerimanya saja, orang tuaku jelas akan tahu mengapa aku mengundurkan diri dan harus KKN lagi. Aku bukan tipe yang mudah berbohong kepada orang tua, jadi tidak mungkin aku dapat menutupi kasus ini. Jika seandainya aku jujur, justru aku dan temanku sendiri yang juga terkena akibatnya dan masalah akan terus berlanjut. Dan aku menghindari hal itu karena ini sebenarnya merupakan masalah internal. Mereka yang keluar dari forum terlebih dahulu karena mereka juga tidak dapat menahan tangis mereka.

Forum sementara dibubarkan, dan aku pergi ke masjid dahulu untuk sholat Isya'. Hal ini menjadi pukulan keras terhadapku karena aku menjadi merasa sangat tidak berdaya secara fisik maupun mental. Aku bahkan tidak bisa menolak tuduhan mereka. Berkali-kali aku berpikir bahwa ini adalah sebuah akhir. Perasaanku campur aduk malam itu sehingga aku sendiri tidak bisa menjabarkannya dengan jelas saat aku tuliskan kembali ini.

Aku berbicara dengan teman cowokku mengenai hal ini, dan aku begitu bersyukur mengenalnya karena dia cukup suportif akan keadaanku dan berusaha untuk memberikan saran yang terbaik agar aku tetap bisa melalui keadaan ini. Selepas Isya', aku memilih untuk tetap berada di masjid untuk sementara waktu karena aku ingin menghubungi beberapa temanku untuk mendengarkan curhatan diriku. Dari beberapa yang aku yakin bisa diajak bicara mengenai hal ini, baru satu orang yang bisa aku hubungi. Malam itu aku menangis sejadi-jadinya di masjid selama menelponnya. Aku menceritakan apa yang aku rasakan.

Aku menyadari bahwa sebenarnya memang ini salah satu cara Allah memperingatkan diriku atas kesalahanku. Aku memiliki sebuah kebiasaan buruk yang tidak bisa aku jelaskan di sini, tetapi kebetulan kebiasaan itu masih aku jalankan selama KKN hingga hari ini. Sepertinya memang benar, semua hal ini terjadi, termasuk saat aku jatuh dari motor di hari ke-17 silam, itu adalah peringatan dari Allah. Dan hal buruk yang aku lakukan itu memang mempengaruhi apa yang aku lakukan dan ucapkan. Termasuk aku mulai sering melalaikan ibadahku. Dan ini bukan baru saja terjadi, tetapi hampir selama 4 tahun, inilah yang terjadi pada diriku. Selama menceritakan itu ke temanku via telepon, aku merasa hina, rendah, bukan siapa-siapa. Tapi syukurlah setelah berbicara dengannya sejenak, aku bisa meredakan emosiku walau pikiranku sendiri juga masih kacau balau.

Mendekati pukul 21.00, forum dilanjutkan dan aku bergegas kembali ke posko. Setelah perundingan panjang, mereka memutuskan untuk meminta surat penyataan pengakuan atas kesalahan yang dilakukan serta dipulangkan di saat teman cowokku satu-satunya yang juga pulang karena untuk menghindari hal yang gak-gak. Satu lagi, aku juga berjanji kepada teman-teman kelompok untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah aku lakukan serta menjaga jarak agar tidak terjadi lagi hal yang serupa.

27 - Ke Delingan

Seperti yang dijelaskan kemarin, kami ada kegiatan di luar desa. Tepatnya kami akan ke Delingan, salah satu desa yang ditempati oleh KKN dari UNS juga, untuk mengisi kegiatan senam ibu-ibu di sana. Kami berangkat selepas shubuh agar bisa sampai di sana tepat waktu. Delingan sendiri belum sampai di kotanya sih, karena masih tergolong di area pedesaan. Tetapi mengingat ini sudah di kecamatan yang berbeda, mungkin inilah titik terjauh yang sudah pernah dicapai dari Gumeng selama KKN.

Aku pribadi sedari pagi masih memikirkan masalah semalam, yang tentu saja bukan merupakan masalah yang sepele. Aku bukan orang yang mudah memposisikan diri karena kekuranganku dalam cara bersosialisasi dengan orang lain. Terlebih pasca kejadian seperti ini, aku bingung bagaimana menerapkan janji menjaga jarakku tetapi masih bisa untuk tetap berada di dalam kelompok. Aku memilih diam dan sedikit menjauh dulu.

Kami sempat mampi sejenak ke posko kelompok di Delingan, ngobrol sejenak dan istirahat. Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami untuk mengambil anggrek pesanan untuk proker besok harinya selagi kami berada di bawah. Aku masih diam.

Kami kembali lagi ke posko ketika hampir siang. Kabut kembali tebal kala itu. Dan sore harinya kami ke posko sebelah untuk membahas mengenai tujuh belasan lagi.

Malamnya kami evaluasi mengenai kegiatan kami hari ini san briefing untuk besok. Aku diperingatkan juga oleh temanku yang menuduhku untuk jangan terlalu ekstrim dalam menampakkan perasaan diri. Harusnya aku lebih biasa saja dalam beraktivitas. Ya, aku terlalu berlebihan sepertinya hari itu sehingga terasa aneh aku dalam bersosialisasi dengan yang lain.

Malamnya aku memutuskan untuk menginap di masjid di dusun. Anggap saja aku ingin mencari personal space dahulu setelah apa yang terjadi olehku dalam 24 jam terakhir. Aku ngobrol sebentar dengan teman yang aku ajak curhat kemarin malam itu. Kemudian beranjak tidur karena udaranya tetap terasa dingin di masjid walau sudah beralaskan karpet di sana. Aku terbangun hampir pukul 02.00 dan memutuskan untuk kembali ke posko saja.

28 - Penanaman Anggrek

Sesuai kesepakatan kemarin, hari ini kami mengadakan penanaman pohon anggrek di Puri Tama Saraswati. Penanaman ini bertujuan untuk menambah nilai estetika di situs ini agar pengunjung dari candi juga tertarik untuk masuk ke sini. Penanaman dilakukan dengan menempelkan pohon anggrek di batang pohon pakis yang berada di sisi kanan dan kiri tangga menuju puri.

Siangnya kami hanya berisitirahat di posko Sorenya, kami menghadiri rapat tujuh belasan di Milir yang dihadiri oleh semua pemuda karang taruna dan mahasiswa KKN untuk menindaklanjuti mengenai lomba-lomba yang akan dilaksanakan nantinya.

29 - Sosialisasi dari Perhutani

Pagi itu, sebagian dari kami mengambil snack dan membeli air minum kemasan yang akan disiapkan untuk proker sosialisasi yang akan diadakan nanti siang di balai desa. Setelah semua sudah siap, kami segera membungkus snacknya dengan kardus yang sudah dilipat semalam.

Siang itu kami segera ke balai desa untuk mempersiapkan acara sosialisasi dari Perhutani mengenai pembentukan KKP kepada para anggota LPMD di Desa Gumeng. Sosialisasi ini diisi langsung dari bapak-bapak perwakilan dari Perhutani. Tidak lupa pula bapak DPL kelompok kami juga turut hadir pada acara kami selagi sempat.

30 - Batu Akik

Sesuai dengan kesepakatan bersama, para pemuda akan melaksanakan bersih-bersih di lapangan di bawah yang akan digunakan untuk upacara tujuh belasan serta lomba-lomba lainnya. Sedari pagi, sudah banyak orang di sana. Kebanyakan membawa arit untuk membersihkan rerumputan liar yang tumbuh di sana. Setelah semua selesai, ketua karang taruna memberikan briefing singkat mengenai kegiatan besok. Selepas itu, aku dan temanku kembali ke posko.

Karena ada sedikit perubahan dalam rencana, salah proker kami yaitu melukis pot rencananya diganti menjadi melukis tas. Sehingga kami bergegas untuk mencari dimana kami dapat membeli tas kanvas polos. Sebagian dari kami, termasuk aku, turun ke bawah untuk mencari di daerah terdekat sini dahulu. Tetapi karena ternyata masih belum menemukannya, kami memutuskan untuk ke Solo sekalian. Aku dan teman cowokku kembali ke atas karena di posko sekarang hanya ada dua orang dan sore nanti akan diundang untuk kondangan di Milir.

Malamnya, selepas Isya', kami bertemu seseorang di masjid yang katanya berasal dari Jakarta dan sedang berkelana. Kami sempat mengobrol sejenak. Sebelum kami, aku dan teman cowokku beserta dua anak yang sering main ke posko, ingin kembali, tiba-tiba setelah salah satu anak tadi menanyakan soal batu akik yang dia kenakan, mas-mas ini menyuruh kami melihat (atau pergi) ke arah pagar masjid di sebelah selatan yang mengarah ke hutan. Aku sendiri mengira dia bisa melihat sesuatu yang tak kasat mata dan menyuruh untuk melihatnya saja. Aku yang menyambangi pagar juga bingung ada apa. Tetapi masnya menegaskan untuk melihat di balik lampu taman di pagar. Ternyata memang ada batu akik. Gelap, hitam. Setelah aku ambil, masnya berkata "ambillah, buat kamu". Awalnya aku tolak dengan pelan, tetapi masnya memberi gestur untuk tetap menyimpannya. Di titik ini aku sendiri juga bingung, kok bisa ada batu akik di situ.

Perjalanan pulang dari masjid, aku memberikan itu ke salah satu anak-anak yang bersama kami karena aku sendiri tidak terlalu tertarik menyimpannya dengan tujuan apapun. Memang aku diberi oleh seseorang, tetapi aku juga merasa tidak berhak untuk memiliki dan menyimpannya.

Ketika sampai di dekat rumah Pak RT untuk api-api, si bocah ini ternyata membuangnya di rerumputan vertikal dekat situ. Dan saat sudah sampai di api-api, dia menceritakan apa yang terjadi ke mbahnya, kemudian mbahnya menanyakan kepadaku perihal itu. Aku tidak mempercayai hal mistis terutama soal batu akik. Tetapi mbahnya tadi bilang kalau memang sudah bukan jatahnya atau rejekinya, kadang batu itu emang bisa pergi sendiri untuk kembali. Ya, itu yang dia katakan sih.

Kami mencoba untuk mencarinya saat itu juga. Tapi karena hari sudah malam dan bermodal senter serta rerumputan itu juga sangatlah tebal, sepertinya susah juga untuk mencarinya. Setelah itu sebagian dari kami, termasuk si mbah pergi ke masjid untuk menemui masnya tadi. Berniat untuk meminta maaf atas kesalahan anak tadi yang sudah membuang batu akiknya. Masnya memaafkan kami. Si mbah pun juga penasaran apabila masih ada batu akik kah yang bisa diberikan kepadanya. Masnya sejenak "mencari" dengan memikirkan dimana batunya itu. Kemudian dia bilang untuk tunggu saja di tempat kami api-api. Kami pun pulang dulu.

Di tempat api-api, kami masih sempat membahas mengenai batu tadi. Setelah selang beberapa lama, masnya sudah datang ke tempat kami. Dan setelah itu, masnya menunjukkan dimana batu akik si mbah berada. Ternyata berada di bawah kaki-kaki meja di belakangku yang jaraknya hanya sekitar 2 meter. Batu akik itu berwarna merah dan menjadi milik si mbah. Setelah masnya pergi, kami memerhatikan batu akik yang baru itu. Aku sendiri juga heran kok bisa ada batu akik juga di situ. Tetapi aku tidak terlalu memikirkannya karena itu juga bukan urusanku.

31 - Piket Balai Desa

Akhirnya hari ini merupakan giliran aku dan teman cowokku untuk piket di balai desa. Sebenarnya soal piket itu memang sudah lama dijadwalkan sih. Kami dari UNS baru bisa piket setelah anak-anak dari UIN selesai bertugas di sini. Dan untuk pembagiannya, kelompok kami mengambil hari yang ganjil, sedangkan sebelah yang genap. Dan untuk kelompok kami sendiri sepertinya lebih sering jarang untuk hadir piket, karena selama ini kami diperbolehkan untuk tidak hadir piket apabila sudah ada kegiatan sendiri, seperti ada proker yang sedang dilaksanakan atau yang lainnya.

Tetapi pagi itu setelah kami sampai di sana, kami berdua malah justru dimarah-marahin oleh salah satu perangkat desa. Alasan beliau adalah kami kurang komunikatif dan jarang untuk bekerja sama di desa di mata beliau. Padahal selama ini proker kami jalankan juga sudah bisa dibilang merata untuk setiap dusun, sehingga tidak hanya berjalan di dusun Cetho saja. Tetapi sepertinya bapak yang satu ini memiliki persepsinya sendiri yang sedikit memaksakan. Bahkan beliau juga mencampuradukkan urusan kelompok sebelah yang seharusnya bukan urusan dan kehendak kami.

Kami berdua dipersilakan untuk kembali ke posko. Aku dan temanku menceritakan apa yang disampaikan oleh bapak perangkat desa tadi, tentu saja mendengar hal itu, kebanyakan dari kami juga kurang setuju atas persepsi itu. Kami sementara menganggap apa yang bapak itu sampaikan sebagai angin lalu saja.

Sebagian dari kami ada yang pergi ke kecamatan untuk sowan ke Pak Camat. Dan sebagian lainnya pergi ke pasar untuk membeli snack yang diperlukan untuk kegiatan besok hari di SD 01. Dan sebagian lainnya juga ada yang ke Solo lagi untuk mengambil tas kanvas yang kemarin sudah dipesan.

Malam itu, aku mulai nyicil untuk menyiapkan tas dan barang yang akan aku bawa selama turun ke bawah. Jujur, selama lima hari terakhir, aku masih merasakan cemas dan tekanan mengenai apa yang harus aku lakukan dan jalan apa yang harus aku ambil selama aku dipulangkan. Tetapi aku juga melihat kondisi nanti seperti apa dahulu.

32 - SD 01

Ada tiga proker yang akan dilaksanakan hari ini. Dan semua proker itu dilaksanakan di SD 01 Gumeng yang berada di dusun Gumeng, tepat di belakang kantor balai desa. Sebagian kami sudah ada yang pernah ke sini untuk survei, dan aku sendiri belum pernah.

Proker yang pertama adalah senam bersama. Aku juga ikut mengisi senam walau goyangannya masih kacau seperti beberapa waktu kemarin. Aku bukan orang yang sering senam juga sih. Proker yang kedua adalah sosialisasi dn praktek pengenalan mini biopori untuk anak-anak SD. Di sini anak-anak dikenalkan mengenai pembuatan mini biopoi untuk menghasilkan kompos dari pengolahan limbah organik.

Proker yang ketiga adalah workshop melukis di tas kanvas. Setelah dibagi beberapa kelompok, anak-anak melukis di tas kanvas sesuai dengan imajinasi dan kreativitas mereka. Kegiatan kami di SD 01 selesai sekitar hampir pukul 11.00. Kami segera kembali ke posko untuk berisitirahat dan persiapan untuk sholat Jum'at.

Hari ini, aku dipulangkan. Mengingat teman cowokku juga hari ini pulang. Kesepakatannya adalah aku dipulangkan bersama dia untuk menjaga dari hal yang gak-gak apabila aku sendiri di sini.

Mungkin aku gila, tapi awalnya aku mau jalan kaki dari Gumeng sampai Solo. Benar. Tetapi aku ikut saja dengan temanku untuk mencari bus di Terminal Kemuning. Setelah istirahat sejenak selepas Jum'atan, kami turun. Ada temen cewek lainnya yang ikut agar bisa membawa motor yang kami bawa kembali ke posko.

Ternyata kami ketinggalan bus terakhir ke Terminal Karangpandan. Katanya terakhir memang sekitar pukul 13.30. Dan sudah tidak ada lagi yang lain. Setelah dicari solusi, kami ternyata bisa numpang di salau satu truk tangki air yang kebetulan mau turun. Asal dibelikan rokok, cukup katanya. Alhamdulillah, setidaknya perjalanan kami ke Solo bisa lebih murah.

Tetapi mas sopirnya ternyata gak ke Solo dulu, tetapi hanya lewat di Kebakkramat. Setelah satu jam perjalanan, kami tiba di Kebakkramat. Kami memutuskan untuk memesan GoCar ke UNS saja, dia juga akan dijemput di sana. Dan aku sendiri akan menetap di masjid fakultas sebisaku.

Tibanya di kampus, aku berpisah dengan temanku. Aku pergi sebentar ke admin prodi untuk mengurus masalah nilai magangku. Ternyata hanya perlu disubmit saja, urusan sudah kelar. Selagi hari Jum'at, aku ke kantin untuk membeli makan malam, walau saat itu juga masih pukul 16.00. Baru aku kembali ke masjid untuk menata dan meletakkan barang-barangku.

Hangatnya Solo membuatku ingat betapa dinginnya Gumeng dan aku sangat-sangat bersyukur kalau tinggal di tempat dengan cuaca yang seperti ini. Klaten juga tidak jauh beda dengan Solo, sih. Memang aku gak gampang keringatan selama di gunung, tetapi aku yang masih tidak terbiasa dengan udara dingin seperti itu juga bikin susah untuk aktif gerak dan beraktivitas. Apalagi masalah bangun pagi, makin susah.

Selagi senggang, aku mencoba menghubungi salah satu temanku yang sebelumnya belum bisa ku hubungi. Aku ingin menceritakan kembali apa yang aku alami selama ini. Dengan rasa takut, aku kembali menangis selama bercerita dengannya. Waktu Maghrib sudah hampir tiba, kami putuskan dulu sampai di sini ngobrolnya.

Malam itu aku gak kemana-mana. Hanya di masjid saja. Selepas Isya', aku hanya bersiap untuk kelas dari pesantren daring yang aku ikuti. Selepas itu aku beranjak tidur karena sudah cukup lelah dari perjalanan tadi.

33 - Sendiri

Sendiri. Kesepian yang luar biasa. Mungkin itu yang bisa menjelaskan apa yang aku rasakan pagi itu. Aku juga sempat menangis lagi setiap mengingat keadaanku yang bagaimana.

Aku beranjak mandi pagi itu dan selepas itu pergi mencari sarapan keluar. Aku mulai mencoba mengeluarkan perasaanku lewat story IG yang sudah aku atur ke close friends yang sudah aku perbarui juga daftar orang yang aku percayai. Aku curahkan apa yang aku rasakan, tetapi aku batasi juga apa yang bisa aku bagikan kepada mereka.

Setelah sarapan, aku kembali ke masjid. Aku mengemas barangku dan beranjak ke perpustakaan selagi masih hari Sabtu, karena mereka masih buka walau tidak ada aktivitas KBM. Di sini aku hanya membuang waktu untuk menonton acara TV yang masih tertinggal. Aku belum kepikiran untuk menyusun surat pernyataan dan hal lainnya yang perlu aku kerjakan.

Usai sholat Maghrib, aku keluar untuk mencari makan lagi, di tempat yang sama. Lalu, selagi di luar, aku mampir ke Alfamart sekalian untuk membeli jajanan dan minuman yang sekiranya bisa menemaniku untuk malam itu dan besok.

Di Taman Budaya ada pasar malam. Aku melihatnya membuatku merasa kecil. Melihat banyak orang yang datang bersama orang yang mereka sayangi. Keluarga, pacar, teman, rekan, semua memiliki teman di sisinya. Sedangkan aku sendiri. Aku berjalan di UNS malam-malam, apalagi di akhir pekan yang jarang ada orang jadi makin merasa kesepian. Aku sempat ngobrol lagi dengan teman jauhku untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan. Tetapi rasa sepi ini juga masih belum juga hilang.

Kala itu, dua orang teman seangkatanku ada yang mengirimku pesan setelah aku buat story IG pagi ini. Dia menanyakan kabarku dan sekarang ada dimana. Salah satunya ingin menemuiku malam itu juga. Salah satunya baru bisa menemuiku besok.

Aku sudah ngobrol banyak dengan teman yany pertama mengenai masalahku dan apa yang aku rasakan sekarang. Seenggaknya, emosiku sudah lebih reda walau aku masih merasa cemas mengenai apa yang aku rasakan. Karena sudah larut, dia pamit, dan aku juga segera untuk istirahat.

34 - Hampir Diusir

Minggu. Akhir pekan. Tentu saja kampus sepi. Aku yang merasa kesepian juga jadi merasa waktu berjalan cukup lambat. Aku yang belum mandi pagi itu diajak sarapan oleh temanku yang sudah mampir ke sini semalam. Awalnya aku tolak, tetapi dia juga memaksa. Ya sudah, daripada gak enak. Selepas sarapan, aku kembali ke masjid fakultas.

Karena perpustakaannya tutup di hari libur, aku gak bisa ke sana. Dan aku tetap di masjid hari itu. Aku berencana untuk membuat draf surat pernyataan serta lanjut menulis diari ini dan artikel yang sekiranya perlu aku tulis. Walau akhirnya belum sempat kelar.

Teman seangkatanku satunya siang itu mampir. Sama seperti temanku sebelumnya, aku menceritakan apa yang aku alami dan rasakan. Kami saling berbagi saran dan solusinya. Karena emosiku lebih terkontrol, aku sudah tidak terlalu ingin menangis walau jelas rasa cemas masih ada di dadaku. Kami berdua memutuskan untuk makan keluar, dia belum makan juga soalnya. Selepas makan baru kembali ke masjid lagi mengantarkanku.

Aku masih belum berproses banyak dalam menyelesaikan tugasku. Dan untuk menonton acara TV juga sepertinya jadi agak malas karena aku masih merasa terbebani dengan tugasku yang belum selesai. Akhirnya aku tidak menyegerakan keduanya. Hanya melakukan keduanya sebentar, dan tahu-tahu sudah malam.

Malam itu, aku dipesankan makan malam oleh salah satu temanku tadi, padahal aku sendiri sudah berencana untuk cari makan keluar. Tetapi tetap aku terima dan aku ucapkan terima kasih padanya.

Sejenak aku berpikir jika saja aku bisa merencanakan untuk menginap di kampus saat aku mengerjakan skripsi nantinya. Karena saat itu aku juga berpikir kalau masjid fakultas tidak dikunci. Jadi aku pikir juga tidak ada masalah.

Tetapi sekitar pukul 22.00, aku keluar untuk jalan-jalan memutari fakultas sambil cari WiFi, aku dihampiri oleh saptam kampus untuk ke pos satpam. Aku diberitahu bahwa sebenarnya tidak boleh untuk berada di kampus lewat pukul 22.00 dan peraturan ini berlaku di keseluruhan kampus.

Aku mencoba menjelaskan apa yang sudah aku lakukan, yaitu menginap dari Jum'at malam dan akan segera pergi besok Senin. Jadi malam itu adalah malam terakhirku. Aku sebenarnya menerima saja kalau seandainya aku tidak boleh di sini dan aku mau segera pindah. Tetapi aku masih dibolehkan untuk bermalam di sini asal kartu mahasiswa dan KTP-ku ditahan. Aku menerimanya saja selama aku masih bisa di sini.

Untung saja aku tidak benar-benar diusir, dan untung saja itu malam terakhirku di Solo karena besok malam aku harusnya segera kembali ke Gumeng. Rencananya aku mau bangun sebentar untuk mengerjakan tugasku tadi, tetapi sepertinya aku sudah cukup capek hari ini dan aku beranjak tidur.

35 - Beneran Diusir

Hari ini aku bangun agak telat, pukul 05.00. Dan saat itu marbot masjid yang sebenarnya biasa aku temui sudah mulai bersih-bersih masjid. Setelah sholat shubuh kemudian mandi, aku kembali ke dalam untuk menata barangku. Aku sempat ditegur agak keras untuk memindahkan barangku ke luar. Tentu saja ini menandakan aku beneran diusir.

Setelah semua tasku siap, aku bergegas untuk mengambil kartu mahasiswa dan KTP-ku di pos satpam. Sekarang masih pukul 06.15, dan aku memilih untuk langsung ke perpustakaan karena aku merasa lebih aman di sana.

Setelah doomscrolling bentar, aku bergegas kembali ke fakultas untuk membeli kertas HVS untuk surat dan sarapan. Kembali lagi ke sini untuk menyelesaikan tugasku kemarin. Aku sudah selesai membuat surat pernyataan sesuai yang diminta temanku. Kemudian aku secara maraton menuliskan diari ini sejak hari ke-21 hingga sekarang.

Setelah kelar dua hal tadi, aku memanfaatkan waktu yang tersisa buat nonton beberapa acara TV yang terlewat. Ya, gabut juga sih. Aku akan kangen dengan suasana di sini walau masa KKN-ku hanya tinggal 10 hari lagi. Sekitar pukul 16.00 aku keluar untuk sholat ashar terus beli bekal yang aku butuhkan selama perjalanan.

Waktu Maghrib tiba, jujur aku kayak belum siap sebenarnya. Jalan kaki 38 KM? Gila sih. Aku sendiri malah takut untuk naik bus besok harinya karena sendirian dan daerah Karanganyar juga bukan daerah yang aku sudah cukup sering lewati. Jadi aku tetap untuk memilih untuk jalan setelah sholat Maghrib, dimulai dari pukul 17.55 dari Perpustakaan UNS.

Aku berjalan dari UNS yang rencananya mau sekalian hingga Gumeng pada besok paginya. Emang ide yang gila sih. Aku berjalan ke arah timur menuju Palur, yang kemudian baru sampai Jaten pada pukul 19.05. 5,6 KM telah dilalui, memang capek, tetapi aku masih merasa bisa lanjut berjalan. Tetapi padahal pukul 19.30 aku mulai merasa bahwa aku hampir menyerah dan ingin memesan Goride aja. Aku berkali-kali memeriksa aplikasi Gojek selama berjalan untuk melihat berapa tarif yang akan aku bayar jika memesannya saat itu.

Tetapi mengingat bahwa aku berada di daerah Karanganyar yang bukan pusat kota dan sederhananya di daerah buffer di jalan provinsi, aku merasa ragu akan bisa mendapatkan driver di sekitar sini. Aku masih berjalan hingga pukul 19.40, aku sudah di daerah Tasikmadu. Saat itu, aku melihat ada driver Grab yang baru saja berhenti. Aku bergegas menginstal Grab dulu, aku jarang pakai sebenarnya. Di tengah proses instalasi, si driver menghampiriku untuk menawarkan ojek. Aku bilang ke beliau kalau belum selesai instal Grab, tetapi dia menawarkan untuk pesan secara offline saja. Dasarnya sama seperti ojek pengkolan sih.

Setelah aku memberitahu aku mau kemana, bapak driver mau untuk mengantarkanku, walau harus keluar uang Rp 100 ribu. Tetapi mengingat keadaanku sekarang ini, aku terima saja. Rencanaku untuk jalan kaki dari Solo ke Gumeng gagal, walau sudah memilih untuk berjalan di malam hari, yang sepertinya sama saja aku tidak sanggup.

Malam itu memang dingin, tetapi aku seperti tidak terlalu kedinginan. Mungkin karena aku sudah sedikit beradaptasi dengan suhu di Gumeng dan aku baru saja jalan kaki selama hampir dua jam sehingga aku tidak terlalu merasa dingin. Aku juga bersyukur kalau aku bisa bertemu bapak ini di jalan. Jika tidak, mungkin aku akan terus berpikir atas pilihanku yang benar-benar buruk. Mungkin aku harusnya naik bus saja esok hari.

Aku sampai di posko sekitar pukul 20.54. Rupanya malam itu sedang ada rapat bersama kelompok sebelah untuk melanjutkan membahas mengenai lomba tujuh belasan yang akan diadakan pekan ini. Kami memang masih belum benar-benar menyelesaikan persiapan kami, jadi memang harus segera diselesaikan segera mungkin. Setelah aku meletakkan barangku, aku segera mengikuti rapat seadanya.

Setelah rapat selesai, tidak ada yang menanyakan mengenai diriku selepas tiba di sini. Mungkin karena anggota kelompokku semuanya cewek kala itu, dan memang sudah semestinya ada batas antara aku dengan mereka. Aku memutuskan untuk segera istirahat malam itu karena aku juga benar-benar capek sedari Maghrib.

36 - Masih Belum Oke

Karena jujur, aku masih susah bangun lebih awal dan masih sering bergantung dengan temanku untuk dibangunin, pagi ini aku sedikit kesiangan lagi. Aku sendiri juga masih merasa ada jarak dengan teman-teman cewek yang lain pasca hal itu.

Proker hari ini tidak ada, hanya ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan di dusun dari siang hingga sore hari. Siangnya ada acara lomba PKK di rumah bu RT 03. Dan sorenya ada latihan senam di rumah ketua karang taruna. Malamnya kami melanjutkan rapat dengan sebelah mengenai agenda lomba tujuh belasan kami.

Dan kondisi hati ini masih cukup kelabu. Hati ini masih merasa susah untuk mengevaluasi diri. Masih belum oke, intinya.

37 - Baru Mulai Niat

Aku semalam sudah merencanakan beberapa hal yang perlu segera aku selesaikan sebelum aku kembali lagi ke Solo pekan depan. Mengingat aku juga belum segera mulai melakukan pengumpulan data yang cukup untuk prokerku, aku berencana untuk melakukan wawancara ke Pak Bayan di dusun Cetho karena beliau juga merupakan ketua LMDH di desa Gumeng.

Aku sudah janjian sama beliau untuk bertemu untuk wawancara hari ini pukul 13.00 di rumah beliau. Pagi ini aku berniat ke rumah Pak RW untuk jajan. Kebetulan di jalan malah ketemu Pak Bayan. Ternyata beliau ada acara mulai pukul 11.00, jadi aku putuskan untuk mewawancarai beliau secara kecil-kecilan dan seadanya di rumah beliau.

Sepulang dari tempat beliau, aku kembali sejenak ke posko untuk mengerjakan evaluasi harian dari halaqah yang aku ikuti kemudian rehat sebentar. Aku kemudian mencari spot di dekat candi untuk belajar sendiri, mumpung memang gak ada proker bersama hari ini.

Selepas dhuhur aku tidur karena sedikit pusing, walau akhirnya kebalasan hingga pukul 16.00. Selepas Maghrib, kami briefing sejenak untuk proker besok di SD 03, merencanakan kegiatan selama sepekan ke depan, dan waktu kebersamaan mengingat tinggal 8 hari di sini.

Sebelum tidur aku memanfaatkan waktu ini untuk merekap data yang sudah didapatkan dari Pak Bayan, dari Perhutani dan informasi yang bisa aku dapatkan. Aku juga ingin segera menyelesaikan proker ini. Terlebih aku juga hari mengisi beberapa materi untuk website yang dikerjakan oleh temanku.

38 - Terkuak

Pagi ini ada agenda proker di SD 03 yang serupa dengan yang sudah kami lakukan di SD 01 pekan sebelumnya. Sosialisasi mengenai mini biopor dan workshop melukis di tas. Hanya saja karena di SD 03 sudah melakukan senam di beberapa waktu sebelumnya, jadi hari ini hanya ada dua proker saja. Kegiatan jadi terasa lebih santai dan tidak terburu-buru. Dan agenda kami selesai sebelum dhuhur, dan siang itu sebagian kami memilih untuk istirahat. Aku sendiri memilih untuk ke atas dekat candi untuk cari tempat kosong untukku belajar dan membaca-baca hal yang aku anggap menarik dalam hobiku. Tidak lama sih, aku langsung balik setelah hampir satu jam di situ terus tidur siang.

Selepas ashar, aku tiba-tiba dipanggil oleh teman-teman untuk kumpul sebentar. Firasatku sendiri juga tidak begitu enak. Pasalnya, salah satu dari mereka menanyakan mengenai beberapa komentar yang ada di video-videoku di YouTube, mengingat aku memilih satu kanal YouTube dan ada tautannya di Instagramku.

Komentar-komentar tersebut merupakan komentar negatif dan fitnah kepadaku yang aku sendiri sudah lama menduga itu dari salah satu teman SMA-ku. Isinya kebanyakan merupakan fitnah berbau cabul dan porno kepadaku. Singkat cerita, aku masih belum sempat untuk membicarakannya langsung dengan terduga yang bersangkutan secara chat maupun tatap muka, dan bodohnya aku sendiri untuk membiarkan komentar tersebut masih ada di sana. Aku tidak akan melulu menyalahkan kondisiku yang bisa dibilang ADHD, tetapi sungguh bodohnya aku meninggalkan jejak begitu saja di sana selama tiga bulan terakhir dengan dalih tidak mungkin ada yang menonton videoku. Bodoh.

Di forum, aku kembali ditanya mengenai apa yang aku lakukan pada hari ke-26 silam dan apa benar mengenai komentar tersebut. Aku sendiri yang juga merasa syok benar tergetar untuk menjawab. Aku kembali menyakinkan bahwa hal itu merupakan hal yang tidak sengaja, tetapi aku masih belum sanggup membuat mereka percaya karena aku sendiri juga masih gelagapan.

Dan komentar pertama yang ditanya adalah mengenai aku melakukan pelecehan ke cewek saat SMA, dan tentu ini adalah fitnah. Kemudian komentar kedua mengenai komentar di Facebook yang cabul. Dan dari komentar kedua inilah yang memicu alasan lain untuk membuatku terpojok. Aku memang memiliki akun Facebook dengan namaku sendiri. Dan selama ini juga karena aku merasa bisa memisahkan antara kehidupan daringku di Facebook dan kehidupan di dunia nyataku yang kebanyakan gak pakai Facebook, aku merasa nyaman untuk bisa lebih bebas.

Ternyata salah satu dari mereka sudah melihat akun Facebook-ku yang sebagian posnya aku set publik. Tetapi yang aku lakukan itu hanya memposting fanart yang bisa dibilang vulgar di mata awam, tapi biasa di mata masyarakat modern yang mengikuti hobi sejenis Jejepangan. Dan tentu saja aku sendiri gak bisa mengelak soal ini. Dengan adanya bukti ini, aku jadi semakin terpojok karena seakan keduanya mendukung alasan aku berbuat demikian.

Temanku yang menjadi korban semakin menjadi dan menghubungi kerabatnya. Di telepon, aku sudah diteror dan akan dipukuli malam hari itu juga, karena tentu saja sebagai saudara juga tidak mau merasakan kejadian yang serupa ke adiknya. Jiwa dan ragaku bergetar, karena ini juga merupakan bentuk musibah yang pertama kali terjadi kepadaku. Setelah tidak ada titik temu, ketua kelompok segera menginformasikan ke DPL mengenai masalah ini. DPL mengabari akan menemui kami besok harinya. Karena DPL sudah diberi tahu, sepertinya saudara dari temanku tidak jadi ke sini malam itu.

Forum segera diakhiri karena memang kami ada keperluan. Kami harus segera menyiapkan pasraman untuk siap esok hari karena akan diadakan lomba di sana. Sekelompok segera bergegas ke sana karena kelompok sebelah juga sudah ada yang ada di sana. Sedangkan aku sendiri memilih untuk pergi ke hutan belakang posko untuk merenung dan mencoba mencari teman ngobrol mengenai masalah ini.

Aku ngobrol dengan salah satu temanku yang sudah pernah aku hubungi dari awal dan memikirkan bagaimana nanti ke depannya. Setelah aku menceritakan semuanya, aku jadi semakin sadar bahwa aku harus benar-benar bertaubat dan bahkan memberitahukan masalah ini ke orang tuaku. Semakin yakin bahwasanya ini benar-benar tamparan keras bagiku yang hanya seorang hamba Allah. Karena selama ini ketika sudah diberi bukti nyata secara lembut, aku masih mengiyakannya. Sedangkan setelah kejadian ini, aku baru bisa tersadarkan atas apa yang aku perbuat.

Selepas Maghrib tiba, aku bersegera untuk ke masjid untuk mengerjakan sholat. Tetapi aku memilih untuk menetap dulu karena aku sendiri tidak kuasa untuk berada di posko karena hatiku sendiri hancur dan aku juga memahami kondisi korban apabila melihat aku berada di sekitar mereka.

Setelah sholat Isya' sendirian, aku membersihkan akun media sosialku satu persatu. Ada yang aku nonaktifkan, ada yang aku kunci, ada yang aku hapus postingannya. Bahkan semua videoku di YouTube juga aku atur ke pribadi sementara waktu.

Aku memilih untuk tidur di masjid lagi malam itu. Namun berbeda dengan sebelumnya, aku yang gak membawa apa-apa kecuali tas pinggangku hanya berselimut sarung yang ada di masjid. Saat masih terjaga, aku terus mengingat mengenai kejadian ini. Dan sebagai seseorang yang sering overthinking, aku juga memikirkan bagaimana nanti kala aku harus menjelaskan ke orang tuaku dan pihak kampus. Bukan hal yang mudah untuk merasakan hal ini.

39 - Semakin Sadar

Beberapa kali aku terjaga di malam hari, termenung tetapi masih kosong. Masih ada keraguan di hati. Tetapi aku ingat bahwa aku ingin segera bertaubat. Aku mencari panduan yang sekiranya bisa aku lakukan untuk bertaubat. Tetapi dinginnya malam di sini masih menjadi pantangan besarku untuk tergerak di kala itu.

Waktu shubuh tiba, dan masya Allah aku bisa bangun tepat waktu. Karena mungkin aku bukan berada di posko yang kesannya lebih nyaman. Setelah shubuh dan orang-orang sudah pulang, aku masih terjaga untuk melaksanakan sholat taubat. Betapa leganya hatiku setelah melakukannya. Setelah itu aku membaca Al-Ma'tsurat hingga selesai. Tetapi karena aku masih merasa gak nyaman di posko, aku masih di masjid hingga pukul 07.30.

Aku beranjak dari dudukku untuk segera kembali ke posko. Mengingat aku sendiri belum sempat mulai mengisi KRS, mengerjakan materi untuk prokerku dan menyiapkan beberapa hal untuk lomba nanti siang. Beruntung pagi itu teman-teman cewek masih pada tidur di kamar, sehingga kedatanganku tidak membuat mereka risau pasca forum kemarin.

Dengan laptop temanku, aku mulai mengerjakan satu persatu tugas yang perlu aku kerjakan pagi itu. Tetapi untuk tetap mengurangi perasaan tidak enak, aku tetap berada di kamar. Melihat keadaanku seperti ini, hatiku benar-benar terasa kacau, karena seharusnya KKN itu bisa mengerjakan tugas bersama, tetapi aku harus mengerjakan ini sendiri. Ya, ini memang salahku.

Sebelum Jum'atan, semuanya sudah bersiap untuk ke pasraman menyiapkan lombanya, sementara aku dan cowok-cowok lainnya ke masjid dahulu untuk sholat Jum'at. Lomba dimulai sekitar pukul 13.30. Aku sendiri di bagian operator untuk laptop selama lomba berlangsung. Mungkin dari aku sendiri juga merasa sedikit aneh mengingat posisiku di kelompok seperti apa tetapi aku juga harus tetap berada di sana karena memang itu kegiatan bersama. Aku masih bisa menutupi perasaan hatiku.

Waktu ashar hampir tiba, dan ketua kelompokku memberitahukan bahwa DPL sudah mau sampai ke sini. Yang berarti aku juga harus kembali ke posko sementara waktu. DPL meminta cerita dari korban dan aku selaku tersangka secara terpisah. Aku menceritakan apapun yang aku rasakan dan lakukan. Termasuk mengenai sadarnya aku bahwa ini merupakan azab dari Allah kepadaku karena aku sendiri tidak sadar dan tidak sengaja melakukannya atas izin Allah, dan mengingat bahwa aku sendiri juga masih memiliki banyak dosa sebelumnya. Beliau tidak langsung memberikan sanksi atau sejenisnya karena harus diberitahukan kepada pihak UPKKN terlebih dahulu.

Setelah beliau pulang, rencananya kami yang masih di situ mau segera kembali ke pasraman. Tetapi aku meminta waktuku sendiri dahulu di posko. Aku menangis. Menangis sejadi-jadinya. Selagi sempat, aku menceritakan hal ini juga ke temanku lewat chat. Setelah aku mendingan, aku segera kembali ke pasraman.

Sebenarnya lombanya sudah selesai, dan waktunya beres-beres. Ketika pikirku masih terbayang hal yang barusan, tiba-tiba bapakku meneleponku. Beliau hanya meminta untuk mengirimkan fail desain stiker kemasan ke tempat cetak langganan, dan beliau memberitahu kalau besok akan dapat pesanan nasi kebuli sebanyak 33 nampan. Hatiku langsung terenyuh mendengar kabar itu. Senang, begitu senang. Sudah lama kami tidak mendapatkan pesanan sebanyak itu. Dan menyadari hal ini terjadi setelah aku berniat taubat nasuha, aku semakin sadar dan paham bahwa ini cara Allah membalas taubatku. Allah melancarkan rezeki orang tuaku. Aku sejatinya ingin menangis, tetapi aku masih berada di tempat umum, jadi sebisanya aku menahannya.

Selepas Maghrib, ada undangan tirakatan di rumah Pak Bayan. Aku dan teman cowokku sudah duluan ke sana selepas dari masjid, teman-teman yang cewek nyusul. Sepertinya acara tirakatan di sini sedikit berbeda dengan yang biasa aku temui di rumah Sleman maupun Klaten. Setelah membaca sambutan dari Camat Jenawi, acara selanjutnya adalah kondangan yang diawali dengan doa oleh pemuka agama sesuai kebudayaan Jawa di sini kemudian baru dilanjutkan makan bersama. Seperti bancakan di tingkat rumahan sebelumnya saat bulan Suro.

Aku dan teman cowokku pergi ke masjid untuk sholat Isya'. Kami kembali lagi ke rumah Pak Bayan setelahnya. Karena warga-warga sudah pulang, sebagian anggota kelompok kami dan kebetulan ada anggota MAPALA dari salah satu kampus di Bogor dangdutan di sana. Jikalau aku saja tidak di posisi seperti ini, mungkin aku ikutan. Atau mungkin gak juga, aku beralih menjadi introver seketika kala itu. Dan karena masih kepikiran, aku pergi ke masjid lagi. Aku ingin memberitahu temanku yang lain, yang sebelumnya juga aku curhati, soal kabar tadi sore. Aku menangis lagi. Dan lagi. Dan lagi.

Aku masih di sana hingga pukul 21.00 lewat. Aku dikabari bahwa teman-teman sudah balik dari tirakatan kedua di rumah Pak RT 03. Dan ternyata mas dari salah satu korban ada yang sudah ke posko. Awalnya aku masih kurang berani untuk kembali, tetapi setelah dipikir kembali, aku memberanikan diri.

Masnya datang bersama temannya sebagai mediator. Maksud kedatangan mereka hanya untuk meminta kejelasan dariku. Dan mereka berjanji untuk tidak melakukan kekerasan sama sekali ketika di sini. Aku dengan segenap hati mencoba menjelaskan dari sisiku, dan untuk pertama kalinya di forum kelompokku, aku juga menjelaskan mengenai dosa dan taubatku. Tentu saja ini sudah kelewatan bagiku karena ini juga bukan ranah yang perlu aku jelaskan. Tetapi setelah perundingan dengan suasana kepala mencoba untuk tetap dingin, masnya hanya memintaku untuk tidak mengulanginya lagi, terlebih ini juga sudah di hari-hari terakhir KKN. Alhamdulilah tidak ada konflik secara fisik kala itu. Memang bukan cara yang bagus untuk mengakhiri hari, tetapi ini adalah salah satu langkah bagus untuk menyelesaikan masalah ini.

40 - 17 Agustus

Agenda hari ini tidak banyak. Hanya upacara tingkat kecamatan di Balong. Tetapi pagi hari ini diawali dengan drama air tiba-tiba mati padahal pipa yang terpasang juga tidak bermasalah. Setelah dicek, memang dari atas tidak ada air. Aku meminta tolong tetanggaku yang biasanya sering ke atas untuk memeriksanya.

Soal upacara, layaknya upacara bendera pada umumnya, upacara dihadiri oleh PNS, guru-guru, siswa-siswa, perwakilan dari beberapa ormas, mahasiswa KKN, dan lain sebagainya. Undangannya memang pukul 08.30, tetapi untuk upacaranya sendiri baru mulai sekitar pukul 09.40 karena waktu awal digunakan untuk pentas seni terlebih dahulu. Karena kami yang kebiasa di Gumeng lebih sering merasakan dingin, ketika sampai di bawah tentu kami merasa kepanasan. Benar-benar kepanasan. Aku sendiri sampai tak belain beli minuman dingin, mengingat aku jarang minum dingin di atas sini. Upacara selesai pukul 10.45, memang masih ada pentas seni lagi, tetapi kami memilih segera pulang karena sudah cukup panas dan ada satu teman kami yang pusing juga.

Siang harinya, yang cewek-cewek turun ke Milir karena diundang untuk senam di sana. Aku dan teman cowokku tidak perlu ikut sepertinya. Waktu ini aku manfaatkan untuk istirahat dan ngobrol bareng. Karena aku belum makan sedari pagi, aku hanya memasak mi seadanya. Aku manfaatkan juga untuk melanjutkan tulisanku yang sedari kemarin belum selesai. Tetanggaku kemari untuk memberitahu airnya sudah nyala. Ternyata pagi ini airnya mati karena ada pipa yang bocor karena terkena arit, dan pipanya sudah diganti. Rencananya karena senggang, mau ke atas untuk ambil foto-foto pohon untuk prokerku sih, tetapi malas juga karena hari ini cukup panas. Dan akhirnya tidur siang karena entah untuk hari ini kami cukup capek.

Bangun lagi pukul 17.00. Aku belum sholat Ashar. Segera sholat Ashar. Tetapi soal mandi, aku merasa agak malas karena udara juga sudah terlanjur dingin. Mungkin besok. Aku masih berada di kamar untuk menghindari kontak dengan anggota lainnya. Hingga waktu Maghrib tiba, aku baru keluar dan pergi ke masjid. Selepas dari masjid, ke kamar lagi. Aku merenung. Sesembari membuka Instagram. Aku mendapati kutipan hadits mengenai keutamaan makan malam bersama ibu lebih baik dari pahala berhaji. Seketika aku menangis lagi, dan mengingat aku harus kembali jujur dan dekat pada mereka, aku terus mengingat mereka dan bersyukur kepada Allah masih diberi kesempatan untuk bisa bersama mereka.

Aku kembali lagi ke masjid untuk sholat Isya', dan menetap sebentar untuk berdzikir. Tetapi setelah dikabari oleh teman cowokku bahwa yang cewek pada turun ke Kemuning karena ada pasar malam, aku memilih untuk kembali ke posko. Malam itu lumayan syahdu. Karena kalau jujur sih, adanya kejadian ini atau tidak, aku tidak benar-benar bisa klop dengan sebagian besar cewek di kelompokku. Bisa dibilang memang bukan tipeku, bahkan sebagai sekadar teman. Jadi malam ini benar-benar waktu yang sangat nyaman.

41 - Semangat di Akhir

Di lima hari terakhir ini, suasananya mungkin terasa sedikit aneh. Di satu sisi, memang sudah seharusnya siap untuk berpisah. Di satu sisi, aku sendiri masih belum benar-benar kelar dalam menjalankan tugasku. Di satu sisi, ini juga baru mulai terasa ramai di lingkungan dusun karena baru mulai lomba.

Sialnya, aku bangun kesiangan lagi. Tetapi aku masih ada waktu untuk mengambil foto-foto pohon yang digunakan untuk prokerku, yang kemudian akan dipakai di situs web kelompok kami. Seperti yang sebelum-sebelumnya, aku mengerjakan proker ini lebih sering sendirian, dengan bantuan dari beberapa teman yang memang di bidangnya, kehutanan. Syukur, prokerku ini bukan sebuah proker yang mengharuskan diriku untuk mengkoordinasi banyak orang, karena sejatinya bukan merupakan keahlianku.

Aku pergi ke sekitaran Candi Cetho dan Puri Taman Saraswati untuk mengambil foto pohon yang sudah aku ketahui dari wawancara dengan Pak Bayan. Tetapi tidak semua pohon yang sudah aku catat bisa aku temui di tempat itu. Ada beberapa pohon yang tumbuhnya agak di atas, di jalur pendakian. Sedangkan aku sendiri tidak memiliki waktu dan persiapan yang cukup untuk ke sana, apalagi sendirian. Aku juga tidak mau membebani temanku juga, mengingat kejadian yang sudah terjadi.

Hari ini memang agak panas. Bukan agak, memang panas banget. Tetapi aku sendiri masih malas untuk beranjak mandi walau ini sudah hari kedua aku belum mandi sedari kemarin. Selama di sini, aku mandi hanya sekali dan biasanya saat lewat pukul 10.00 hingga 17.00 karena dinginnya masih minta ampun. Dan juga sebenarnya sekalian jika sudah berkegiatan di pagi hingga siang hari, mending sekalian mandi di sore hari saja. Dan karena siang hari ini juga ada lomba tujuh belasan di lapangan, jadi kerasa nanggung kalau mau mandi sekarang.

Pukul 13.00, kami semua pergi ke lapangan di bawah untuk ikut meramaikan lomba. Lombanya sudah dibentuk oleh panitia, kami hanya membantu dalam melaksanakannya dan mendokumentasikannya saja. Lomba diadakan selama dua hari ke depan. Dan soal cuaca, benar-benar panas. Ya, karena masih di gunung, jadi panasnya gak separah di Klaten, sih, yang kalau duduk diam aja bisa keringatan. Lagipula ini juga musim kemarau.

Ada berbagai macam lomba yang dilaksanakan. Aku sebelumnya ditugaskan untuk mengurus salah satu lombanya, tetapi karena pada hari pertama ini tidak ada panitia yang dapat melakukan dokumentasi, aku dan beberapa temanku dipasrahi ketua panitia untuk menggantikannya sementara waktu. Aku sendiri lebih memilih untuk dokumentasi karena mengurus lomba juga bukan keahlianku.

Siang hari itu begitu panas. Hapeku juga ikutan panas karena terpapar juga. Mana hapeku aku gunakan untuk sebisa mungkin siap untuk memotret, makin panas. Dan juga baterai hapeku semakin menipis, siang itu hanya tersisa 55% karena pagi ini sudah aku pakai untuk mengambil foto pepohonan. Acara selesai pukul 17.00, tetapi panitia masih harus briefing terlebih dahulu di sekitar panggung untuk acara lomba di hari kedua.

Malamnya kami mendapat undangan ke Kadipekso karena di sana ada panggung pentas seni selama dua hari. Kami baru datang ke sana setelah sholat Isya'. Ada berbagai macam yang dipentaskan malam itu. Bahkan ada juga lomba baris-berbaris dari bapak-bapak masing-masing RT yang lucu dan menarik bahkan ada yang pakai seragam SD yang putih merah itu. Kami pamit sekitar pukul 22.00 walau acara belum selesai, kami juga sudah lelah hari ini.

42 - Capek Dikit

Sama seperti kemarin, hari ini ada lomba di Cetho dan pentas di malam harinya di Kadipekso. Hari kedua. Paginya agak santai. Baru siangnya di jam yang sama, kami turun ke bawah.

Awalnya gak begitu panas, aku gak perlu bawa topi. Karena sedari pagi juga di atas lumayan mendung. Tetapi setelah di bawah selama hampir satu jam, panas lagi. Aku gak dipasrahi untuk mengambil foto untuk dokumentasi lagi. Aku hanya beberapa kali mengambil gambar, habis itu berhenti.

Hari itu aku gak begitu aktif wara-wiri. Agak malas, mungkin energi sosialku yang udah mau habis. Aku hanya menghabiskan waktuku duduk, menikmati jajanan yang aku sendiri juga boncos setelah membelinya kebanyakan, sembari menonton lomba dari jauh saja. Sebelum briefing di akhir agenda untuk upacara besok, sebagian panitia yang cewek serta kedua kelompok KKN melakukan gladi untuk senam esok harinya.

Malamnya ke Kadipekso lagi karena pentas hari kedua. Malam ini agak, gak, benar apes karena aku dan kelompokku kedapatan tempat duduk di dekat speaker. Bukan pengalaman yang nyaman, jujur. Tetapi kami masih mengikuti acara sebisa kami malam itu hingga pukul 22.00.

43 - Upacara di Dusun

Sedikit miskomunikasi masalah hari ini, kemarin katanya mau diadakan parade anak-anak yang akan mewarnai upacara hari ini. Tetapi karena hal tersebutlah rencana ini gagal. Bahkan untuk rencana inipun jauh dari kata matang dan paham satu sama lain antara mahasiswa KKN dan sebagian panitia. Bahkan untuk ingin melaksanakannya pun ini dadakan banget dalam mengundang anak-anak yang bersangkutan.

Aku dan teman cowokku di kelompok tiba-tiba disuruh kelompok sebelah untuk segera menyiapkan hal ini walau aku sendiri gak paham juga mau ngapain. Teman-teman cewek di kelompokku sementara waktu menyiapkan senam untuk siang hari nanti. Dan karena kebetulan panitia juga akan nyicil persiapan sedari pukul 10.00, aku segera ke bawah.

Sampai di bawah, sesuai yang aku kira, parade sepertinya gak bakal jalan. Pasalnya dari sebelah belum ada yang datang, anak-anak yang baru datang hanya lima orang, dan agenda di sana pagi itu cuma dilakukan dari beberapa panitia doang beserta orang-orang dari pihak sound system dan truk tangki air.

Aku mencoba menghubungi temanku di kelompok sebelah, dan setelah dirembug secara singkat, rencana paradenya memang dibatalkan melihat kondisi. Ya, karena sejak awal belum ada niat untuk mematangkannya dan di hari H pun juga tampak seperti sesuatu yang gak niat sama sekali.

Agenda dilanjutkan menyiapkan tempat hingga pukul 11.30 bersama panitia. Kemudian untuk seluruh panitia dimohon untuk segera ganti baju dan persiapan upacara, pukul 12.30 nanti segera kembali lagi ke lapangan. Sembari menunggu dimulai, aku melihat speaker yang digunakan hari ini seperti layaknya konser kecil. Benar-benar besar untuk acara skala satu dusun. Aku suka musik keras dan mengenakan earphone pun geleng-geleng lihat speaker seperti ini, aku juga memang jarang pergi ke konser.

Acara dimulai pukul 13.00 dengan upacara terlebih dahulu. Upacara di dusun dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat sedusun, yang dihadiri juga oleh beberapa tamu undangan. Setelah upacara, ada senam bersama yang dipimpin oleh teman-teman KKN. Bahkan aku sendiri juga malah jadi ikutan yang di depan memimpin senam, padahal kalau soal gerakan aja kadang lupa.

Setelah senam, baru acara jadi lebih santai. Agenda selanjutnya adalah pembagian hadiah dari lomba-lomba yang telah dilaksanakan kemarin. Tidak lupa juga diselingi beberapa banyolan dari pembawa acara serta pembagian doorprize berdasarkan nomor undian yang sudah dibagikan sebelumnya.

Menjelang waktu Ashar, karena hadiah lomba sudah dibagikan, acar berganti dengan dangdutan yang masih diselingi dengan pembagian doorprize. Bagi siapapun yang mau joget pun segera berkumpul di depan panggung untuk berjoget bersama. Tidak lupa pula tangki air yang juga diundang untuk menyemprot air ke penonton agar lebih meriah. Aku pribadi sampai selesai acara memilih menghindari hingga terkena air sih, agar bisa sholat dan tidak perlu mandi lagi nantinya.

Yang aku lihat dari hal ini adalah ternyata persentase pemuda yang mabuk-mabukan juga tergolong tinggi di sini. Walau, ya, populasi yang Islam di dusun ini kurang dominan dibanding dengan yang Hindu, kemudian melihat latar belakang mereka yang kebanyakan monoton dan tidak terpapar dunia luar, aku masih merasa takjub bahwa minum-minum masih dominan juga bagi pemuda di sini.

Semakin menuju penghujung acara, ada doorprize berupa sepeda gunung dari salah satu sponsor. Dan yang bikin takjub adalah yabg dapat ternyata adalah bapak tukang jualan tempura yang sering lewat di depan posko. Alhamdulillah tabarakallah, rejeki emang gak bakalan kemana. Beneran senang lihat bapaknya dapat doorprize utama seperti itu.

Sudah pukul 17.00 lewat, teman-teman KKN memutuskan untuk segera pamit dari sana karena mengingat kebanyakan pemuda di sana sudah berada di bawah pengaruh alkohol sehingga suasana tidak bisa kondusif. Untuk itu kami segera pulang saat itu juga. Bahkan saat itu aku sendiri melihat ada panitia yang udah muntah duluan karena sudah dalam keadaan mabuk. Mungkin ini juga pengalaman pertama kalinya melihat pemandangan seperti itu untuk diriku sendiri.

Malam harinya, kami sekelompok melakukan beberapa aktivitas sebelum perpisahan seperti pentas seni dan waktu kumpul bersama. Kami memanfaatkan malam hari ini karena mumpung kami semua juga masih senggang dan belum terlalu capek. Kami saling memberikan kesan dan pesan terhadap satu sama lainnya atas apa yang kami lakukan selama masa KKN ini.

Dan alhamdulilah, jika ini memang sebuah kabar yang baik, aku dimaafkan oleh kedua temanku yang sebelumnya menjadi korban atas perbuatanku di hari itu. Memang aku sudah mengakui kesalahanku, dan mungkin ini juga salah satu jawaban Allah atas apa yang aku inginkan. Aku juga kembali mengutarakan maafku kepada korban atas apa yang aku lakukan.

Salah satu korban sudah mengikhlaskannya, dan salah satunya walau masih belum menerimanya, tetapi dia memilih untuk tidak mengungkit hal ini lagi ke depannya. Setidaknya aku sedikit merasa lega. Selama beberapa hari terakhir juga interaksiku dengan mereka juga sudah lebih terasa normal lagi. Alhamdulillah. Walau sebenarnya aku masih khawatir dengan apa yang nanti UPKKN lakukan terhadap diriku karena DPL sendiri sudah tahu dan melaporkan kejadian ini dan belum tahu perkembangan dari apa yang aku dan temanku rasakan. Aku masih terus memikirkannya.

44 - Kebersamaan

Hari ini adalah hari yang cukup spesial. Pagi ini diawali dengan membersihkan lapangan setelah digunakan untuk kegiatan kemarin bersama panitia tujuh belasan. Karena dilakukan bersama-sama, kegiatan ini selesai dengan cepat dan kami bisa langsung istirahat atau melanjutkan aktivitas lainnya.

Oh, ya, soal hari yang spesial, hari ini memang kami merencanakan banyak hal untuk mengucapkan salam-salam terakhir kepada orang-orang di desa, terlebih untuk orang di RT 01 tempat kami tinggali. Malam ini kami akan mengundang tetangga untuk makan bersama di posko kami sebagai bentuk ucapan terima kasih kami yang sudah sering diundang untuk kondangan ke rumah mereka. Maka dari itu, kami pagi ini berencana untuk belanja ke Balong bersama.

Atau itulah yang teman-teman rencanakan. Awalnya aku mengira hanya beberapa orang yang pergi ke Balong. Karena teman cowokku juga mau ke Balong dan aku gak ada boncengan motor buat balik ke posko, aku akhirnya ikut sama tetangga yang rumahnya di atas poskoku. Ketika aku pikir di posko sudah ada orang, ternyata gak ada dan memang semuanya pergi ke Balong untuk belanja kebutuhan hari ini.

Pagi itu, selagi sempat, aku menuntaskan mencuci bajuku yang sempat tertunda sedari kemarin agar bisa segera aku kemas setelah bajunya kering. Karena gabut juga, aku memutuskan untuk membersihkan ruang tamu dan dapur di posko agar siap digunakan nanti malam untuk acara makan-makan.

Siang harinya kami mulai menyicil memasak untuk acaranya nanti. Dan pukul 14.00, kami menunda aktivitas untuk pergi ke balai desa karena untuk menemui Pak Lurah serta DPL kami sekaligus untuk mengucapkan pamit sebelum kami pergi. Kemudian kami sowan ke Pak Bayan Gumeng untuk pamitan juga.

Sorenya, kami semua ke masjid untuk ikut TPA yang terakhir kalinya di situ dan sekaligus pamitan ke pengurus TPA. Dan jujur, sebagian anak-anak juga ada yang nangis saat kami menyampaikan pamitan kepada mereka. Ya, mereka dan kami akan saling kangen setelah kami kembali lusa nanti.

TPA selesai pukul 16.30, dan kami menyempatkan untuk sowan ke beberapa rumah seperti Pak RW serta Pak RT 01 selagi beliau masing-masing ada di rumah. Awalnya juga ingin ke rumah Pak RT 03 juga yang memang dekat dengan Pak RW, tetapi beliau sepertinya sedang pergi. Selama sowan, kami juga ke rumah-rumah di bawah posko untuk menyampaikan undangan pamitan kami malam harinya.

Setelah Maghrib, kami segera menyelesaikan persiapan kami hingga detik terakhir sebelum acara dimulai. Semua memiliki kesibukan sendiri-sendiri, dan merupakan momen yang begitu asyik. Kapan lagi bisa rewang bareng teman-teman seperti ini, 'kan. Nasi siap, sayur siap, lauk siap, snack siap, teh siap. Semua sudah siap.

Sesuai undangan, para tetangga mulai berdatangan pada pukul 20.00 di posko kami. Setelah semua hadir, kami menyampaikan rasa terima kasih dan permintaan maaf kami kepada para tetangga yang sudah baik banget dengan kami selama kami bertugas di sini. Setiap dari kami ada juga yang menyampaikan kesan dan pesan serta rasa terima kasih secara pribadi kepada para tetangga.

Acara selanjutnya adalah makan bersama yang kemudian kami mengabadikan momen ini dengan berfoto bersama sebelum kami pamit dari sini. Setelah tetangga pulang dan hanya beberapa anak-anak yang biasa main ke sini, sebagian kami mulai terharu dan pecah tangisannya setelah pamitan dengan para tetangga. Termasuk diriku sendiri. Aku ingin kedua anak-anak itu untuk tetap rajin ke masjid walau kami sudah tidak di sini lagi, dan kami senang bahwa dengan adanya aku dab teman cowokku yang sering ke masjid, mereka mau ke masjid juga. Dan selain itu juga banyak hal yang membuat tangisku semakin pecah. Susah untuk aku katakan.

45 - Beres-beres

Huh, hari terakhir, ya? Dari kampus memang memerintahkan untuk segera pulang karena memang hari ini adalah jadwal penarikan kami. Sebagian kelompok KKN di daerah lainnya sepertinya juga sudah ada yang pulang. Sebenarnya dari kampus memang membolehkan untuk segera pulang sebelum jadwal asal programnya sudah selesai semua. Tetapi kami memilih untuk pulang besoknya karena masih banyak yang perlu kami lakukan di sini.

Pagi ini, kami sowan ke Pak Bayan Cetho terlebih dahulu. Kami berterima kasih kepada beliau yang telah menerima dan menbantu kami dari sebelum hingga saat kami bertugas di sini. Selagi sempat, kami juga pergi sowan ke salah satu pemuda yang kemarin ditunjuk sebagai ketua panitia tujuh belasan yang rumahnya di dekat posko.

Selagi sempat, kami pergi ke mantan calon posko kami yang merupakan rumah kosong yang kental dengan arsitektur Hindunya dan berisi patung-patung dewa di dalamnya. Beruntung kami tidak jadi menggunakan rumah ini, karena kesannya memang mengerikan bagi kami.

Kami pergi ke masjid untuk mengambil video untuk keperluan video kami karena mencari latar yang bagus, salah satunya hutan di arah selatan dusun. Kemudian kami kembali ke posko untuk melanjutkan kegiatan dokumentasi sebelum pergi. Salah satunya adalah penandatanganan banner posko KKN kami. Siangnya kami beristirahat sejenak sebelum kembali muter sore harinya.

Kami lanjut sowan ke beberapa tempat sorenya. Pertama adalah tetangga yang merupakan orang yang dititipkan oleh yang punya posko untuk memeliharanya. Kedua adalah Pak Bayan Kadipekso. Yang ketiga bapak kaur dari perangkat desa yang rumahnya di Milir. Kami malah dioleh-olehi beliau kentang hasil panen beliau barusan.

Kami kembali lagi ke posko untuk istirahat Maghrib yang kemudian lanjut sowan ke Pak RT 03 mumpung beliau ada di rumah, kemudian beberapa tetangga di atas posko kami, kemudian wakil ketua karang taruna di dusun Cetho atas. Sayangnya untuk ketuanya seharian ini tidak ada di rumah dan belum bisa disowani. Tidak lupa pula kami sowan ke salah dua warung yang biasa disambangi kelompok kami kalau makan saat malas masak. Kami bahkan dikasih Teh Kemuning gratis dari salah satu dari mereka.

Kemudian sebagai salah satu dari rangkaian penutup hari, kami pergi api-api di depan rumah Pak RT 01 untuk yang terakhir kalinya sebelum KKN berakhir. Kami membawa beberapa makanan dan camilan yang kebetulan masih tersisa di posko, dan karena spesial, kami makan mie rebus bersama juga malam hari itu. Namanya juga tetangga dekat, kami memang sudah merasa sedekat itu selama ini.

Dan hari ini diakhiri dengan beres-beres sebelum besok pulang agar tidak terlalu ribet besok. Kami juga saling membagi makanan yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk dibawa pulang. Aku sendiri ternyata memakan waktu yang cukup lama untuk beres-beres, dan baru kelar hingga pukul 01.00 esoknya. Itupun juga belum benar-benar kelar semua karena masih ada barang yang aku pakai hingga saat aku menulis tulisan ini. Sepertinya barang bawaanku akan semakin banyak saat kembali pulang nanti pagi. Sepertinya sudah tinggal enam jam lebih sebelum aku kembali ke Solo.

46 - Selamat Tinggal

Aku masih terjaga hingga pukul 03.20 karena sudah hampir dua jam aku menggunakan waktu untuk mengejar tulisanku ini. Aku masih susah bangun pagi di sini karena pantangan lelah dan suhu sangat dingin di pagi hari. Ya, walau sekarang sudah hari terakhir sekalipun. Kalau aku tidur sekarang, aku takut aku bakal susah bangun lagi. Tanggung. Tetapi kalau tidak tidur, takutnya lelah juga nanti mengingat kami akan bersih-bersih, ada sisa kegiatan dan pulang ke Solo. Tetapi sepertinya tidur sebentar juga gak masalah.

Bangun lagi pukul 06.00. Gak begitu kesiangan untungnya. Pagi itu kami semua sudah sibuk membereskan barang-barang kami. Apapun itu. Semalam juga belum semuanya kelar, termasuk aku karena ada barang yang masih belum aku kemas juga karena masih dipakai. Peralatan makan dan masak dicuci. Sampah-sampah dikumpulkan dan segera dibuang. Ada yang menyiapkan sarapan juga selagi masih sempat. Hanya makan mie kuning dengan sisa kuah dari sayur kemarin.

Pukul 09.00, kami ke balai desa lagi untuk pamitan yang benar-benar terakhir dan menyerahkan vendel dan situs web secara simbolis ke perangkat desa. Kemudian dilanjut ke SD 01 dan SD 03 untuk pamitan. Terutama di SD 03, ada beberapa anak yang nangis karena kami akan segera pulang. Kemudian kami kembali lagi ke posko untuk melanjutkan beres-beres. Hampir pukul 10.30, mobil pickup baru datang. Sebagian dari kami segera mengangkut barang-barang kami ke atas mobil selagi bagian dalam posko masih dibersihkan. Setelah semua rapi, kami berkumpul untuk terakhir kalinya di posko untuk berdo'a sebelum kami kembali ke Solo.

Kami berangkat ke Solo dibagi menjadi yang pakai motor sendiri dan numpang di mobil pickup. Aku dan teman cowokku menggunakan pickup karena kami juga tidak bawa motor sendiri. Kami meluncur sekitar pukul 11.10, dan untuk pickup-nya sendiri baru sampai Solo pukul 13.00 karena kami berdua sholat Jum'at terlebih dahulu di jalan. Setelah sampai di tujuan, aku pamitan duluan karena kedua orang tuaku sudah menunggu.

Dengan ini, aku sudah kembali lagi ke "rumah". Hingga detik aku menyusun tulisan ini, aku sendiri masih merasa kangen dengan suasana di sana walau baru beberapa jam setelah kami pamitan. Sungguh, kalau sudah terbiasa gitu juga rasanya ada yang mengganjal. Semoga bisa bertemu kembali.